Selasa, 21 Januari 2014

Sejarah Gereja Umum

LAPORAN BACAAN SEJARAH GEREJA UMUM
BERBASIS REKONTRUKSI
PENGETAHUAN DAN PENERAPAN NILAI-NILAI HISTORIKA

A.    SEJARAH GEREJA MULA- MULA (30- 590 )
1.      ARTI SEJARAH GEREJA
·         Arti Kata Sejarah
Kamus Besar Bahasa Indonesia memberi dua arti tentang Sejarah.
1. Sejarah adalah kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau (kejadian dan peristiwa, fakta dan kenyataan dari masa lampau).
2. Sejarah adalah pengetahuan atau uraian mengenai peristiwa-peristiwa dan kejadian yang benar-benar terjadi di masa yang lampau (Sejarah = Ilmu Sejarah / pengetahuan atau uraian mengenai fakta tersebut).
Ini berarti bahwa belajar sejarah tidak lain berurusan dengan fakta masa lampau dan usaha untuk menguraikan fakta tersebut. Dengan kata lain sejarah dapat diartikan pada peristiwa-kejadian itu sendiri dan uraian tentang peristiwa tersebut.
·         Arti Kata Gereja
Beberapa teolog mendefinisikan arti kata Gereja sebagai berikut: (1) Kata Gereja berasal dari kata dalam bahasa Portugis “igreja”, yang berasal dari kata Yunani “ekklesia” yang berarti: mereka yang dipanggil. Mereka yang pertama dipanggil oleh Yesus Kristus ialah para murid dan sesudah kenaikan Tuhan Yesus ke surga dan turunnya Roh Kudus pada hari pentakosta, para murid itu menjadi “rasul”, artinya “mereka yang diutus” untuk memberitakan Injil sehingga lahirlah Gereja (van den End, 1992:1-2). (2) Istilah Yunani “ekklesia” dibentuk dari kata ‘ek’ (=dari) dan ‘kaleo’ (=memanggil), yaitu ‘mereka yang dipanggil keluar’. Dalam Perjanjian Baru istilah ‘ekklesia’ diapakai 115 kali, 10 kali dalam arti Gereja secara menyeluruh (misalnya Mat. 16:18) dan selebihnya dalam arti “Gereja lokal” atau “jemaat setempat” (misalnya Mat. 18:17). Jadi kata ‘ekklesia’ dalam Perjanjian Baru mempunyai arti (1) Ekklesia adalah kaum yang dipanggil keluar dari kehidupan yang lama dan keluar dari kuasa Iblis, dipanggil Allah sendiri, dipindahkan ke dalam kerajaan Allah-terjadi perubahan status dan  pola hidup. (2) Ekklesia adalah kaum yang dipanggil keluar dari hidup bagi diri sendiri dan dipanggil untuk hidup bagi Tuhan, beribadah kepada Tuhan dan melayani Tuhan-perubahan tujuan hidup dan pandangan dasar (Dietrich Kuhl, 1992:34).
Menurut Henry C. Thiessen, ayat-ayat dalam PB yang memakai kata ‘ekklesia’: 1 Kor. 12:13; 1 Ptr. 1:3, 22-25; Mat. 16:18; 1 Kor. 15:9; Gal. 1:13; Flp. 3:6; Ef. 5:25-27; Ef. 1:22, 5:23; Kol. 1:18; 1 Kor. 12:28; Ef. 3:10; Ibr. 12:23, yang berarti sekelompok orang yang terpanggil, sebagai suatu majelis warga negara dari suatu negara yang mandiri, namun PB memberi arti rohani dari kata ekklesia yaitu sekelompok orang yang dipanggil keluar dari dunia dan dari hal-hal yang berdosa (Thiessen, 1995:476).
Dari kajian tentang Gereja dan sejarahnya maka perlu diinsafi hal berikut ini: Gereja ada karena Yesus memanggil orang menjadi pengikut-Nya. Maka Gereja mempunyai wujud yaitu persekutuan dengan Kristus dan persekutuan dengan manusia lain dan persekutuan dalam melaksankana amanat-Nya yaitu pekabaran Injil (Mat. 28:19, Kis. 1:8) (H. Berkhof dan I. H. Enklaar, 2004:vii).
Berdasarkan definisi atas dua kata, sejarah dan Gereja seperti tersebut di atas maka berikut ini akan dirumuskan pengertian dari kata “Sejarah Gereja”.
Ternyata pengertian tentang Sejarah Gereja, yaitu uraian empiris dan penilaian teologis. Dengan kata lain kajian teoritis-teologis dari para teolog tidak sama dalam pemberian definisi. Artinya ada banyak definisi tentang Sejarah Gereja. Keragaman definisi ini disebagkan karena filosifi daripara ahli tersebut. Dengan kata lain filosofi para ahli mempengaruhi rumusannya tentang Sejarah Gereja. Ada yang merumuskan pengertian Gereja berdasarkan uraian empiris dan ada pula dengan penilaian teologis. Ini perlu dikemukakan supaya para mahasiswa tidak bingung melihat keanekaragaman definisi tersebut. Akan tetapi, dari keanekaragaman definisi tersebut dipilih, dipertimbangan, kemudian dirumuskan suatu definisi konseptual dan operasional dari pengertian Sejarah Gereja yang kemudian memberi arah dalam kerangka studi Sejarah Gereja yang akan kita lakukan.

Definisi dari para ahli tentang Sejarah Gereja dipaparkan sbb:
a)      Sejarah Gereja adalah sejarah agama Kristen
b)      Sejarah Gereja adalah sejarah perhimpunan-perhimpunan yang mengakui Yesus Kristus
c)      Sejarah Gereja adalah sejarah Gereja Yesus Kristus
d)      Sejarah Gereja adalah sejarah tafsir Alkitab: karena tafsiran muncul gereja-gereja
e)      Sejarah Gereja adalah kisah tentang perkembangan-perkembangan dan perubahan-perubahan yang dialami Gereja, sebagai persekutuan meraka yang dipanggil Kristus, selama di dunia ini
f)       Sejarah Gereja adalah pertanggungjawaban masa silam Gereja yang terjadi dalam terang Injil Yesus Kristus
g)      Sejarah Gereja adalah kisah tentang perubahan hidup yang dialami manusia karena keselamatan yang diimaninya di dalam Yesus Kristus dan bagaimana mewujudnyatakan keselamatan tersebut sebagaimana yang diajarkan Alkitab.
Sejarah Gereja adalah pertanggungjawaban masa silam Gereja yang terjadi dalam terang Injil Yesus Kristus dan bagaimana hidup manusia dipengaruhi dan diubah oleh keselamatan yang diberikan Allah dalam Yesus Kristus kepadanya (uraian kenyataan/empiris/fakta) dan apakah perwujudan keselamtan dalam kehidupan manusia yang digumuli Gereja, sebagai persekutuan orang yang mengakui Yesus Kristus, sesuai dengan Alkitab (penilaian Teologis).

2.      Sejarah Gereja Mula- Mula

A.     LATAR BELAKANG      
Sebelum Yesus naik ke surga, Ia memberikan perintah kepada para murid-Nya untuk pergi ke Yerusalem dan menunggu di sana sampai Roh Kudus dicurahkan ke atas mereka. Dengan kuasa yang diberikan Roh Kudus itu Yesus berjanji akan memperlengkapi murid-murid-Nya untuk menjadi saksi-saksi, bukan hanya di Yerusalem tapi juga di ke ujung-ujung bumi (Kis. 1:1-11). Janji itu digenapi oleh Kristus dan perintah itu ditaati oleh murid-murid-Nya.           

B. PERMULAAN GEREJA
      
Kata “gereja" atau "jemaat" dalam bahasa Yunani adalah ekklesia; dari kata kaleo, artinya "aku memanggil/memerintahkan". Secara umum ekklesia diartikan sebagai perkumpulan orang-orang. Tetapi dalam konteks Perjanjian Baru kata ini mengandung arti khusus, yaitu pertemuan orang-orang Kristen sebagai jemaat untuk menyembah kepada Kristus.           Amanat Agung yang diberikan Kristus sebelum kenaikan ke surga (Mat. 28:19-20) betul-betul dengan setia dijalankan oleh murid-murid-Nya. Sebagai hasilnya lahirlah gereja/jemaat baru baik di Yerusalem, Yudea, Samaria dan juga di perbagai tempat di dunia (ujung-ujung dunia).

1.              Gereja Di Palestina            
a. Gereja pertama lahir di Yerusalem (Kis. 1:8)
    
b. Petrus dan beberapa murid-murid Tuhan Yesus yang lain membawa Injil ke Yudea (Kis.ps.1-7).
      
c. Filipus dan murid-murid yang lain pergi ke Samaria dan sekitarnya (ps. 8).
     


2. Gereja di luar Palestina
 

a. Petrus membawa Injil ke Roma.
            
b. Paulus ke Asia Kecil dan Eropa (Kis. ps. 10-28).
         
c. Apolos ke Mesir (Kis. ps. 18).
   
d. Filipus ke Etiopia (Kis. ps. 8).
   
e. Sebelum tahun 100 M, Injil sudah tersebar ke Siria, Persia, Afrika (Kis. 9).
     
f. Lalu ke ujung-ujung bumi (Siria, Persia, Gaul, Afrika Utara, Asia & Eropa).
   

C. PERTUMBUHAN DAN TANTANGAN
     
Gereja/jemaat yang baru berdiri mengalami pertumbuhan yang luar biasa. Kuasa Roh Kudus sangat nyata hadir di tengah jemaat. Namun demikian tantangan dan kesulitan juga mewarnai pertumbuhan jemaat mula-mula itu. Tapi luar biasa, justru karena keadaan yang sulit itu gereja semakin berkembang.
        


1. Agama Negara
  

Kaisar Agustus mempunyai kekuasaan yang sangat besar. Salah satu peraturan yang muncul pada masa pemerintahannya adalah menyembah kepada Kaisar sebagai dewa mereka, walaupun mereka masih diijinkan melakukan penyembahan kepada dewa-dewa/kepercayaan asal mereka sendiri.
           

Namun demikian ada kekecualian untuk orang-orang Yahudi yang mempunyai agama Yudaisme yang menjunjung tinggi monotheisme, mereka tidak diharuskan untuk menyembah kepada Kaisar. Hal ini terjadi karena mereka takut kalau orang Yahudi memberontak.
   

Kehadiran agama Kristen saat itu, pada mulanya dianggap sebagai salah satu sekte agama Yudaisme, itu sebabnya orang-orang Kristen pertama tidak diharuskan untuk menyembah kepada Kaisar. Tetapi setelah orang- orang Yahudi secara terbuka memusuhi orang Kristen (puncak peristiwa penyalipan Kristus) barulah pemerintah Romawi melihat kekristenan tidak lagi sebagai sekte Yudaisme tetapi agama baru. Sejak saat itu keharusan menyembah kepada Kaisar pun akhirnya diberlakukan untuk orang-orang Kristen. Kepada mereka yang tidak patuh pada peraturan ini mendapat hukuman dan penganiayaan yang sangat berat.


2. Penganiayaan terhadap orang Kristen.
  
Salah satu bukti kesetiaan orang Kristen kepada Kristus ditunjukkan dengan secara setia menjalankan pengajaran Alkitab dan menolak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan ajaran Alkitab. Karena sebab itulah orang-orang Kristen sering harus membayar harga yang mahal demi kepercayaan mereka kepada Kristus, antara lain adalah dengan penganiayaan.
 

Beberapa penyebab penganiayaan:
           
a. Karena orang Kristen menolak untuk menyembah Kaisar.
       
b. Karena orang Kristen dituduh melakukan hal-hal yang menentang kemanusiaan, mis. menolak menjadi tentara, mengajarkan tentang kehancuran dunia, membiarkan perpecahan keluarga, dll.
  
c. Karena orang Kristen dituduh mempraktekkan immoralitas dan kanibalisme, misalnya melakukan cium kudus, bermabuk-mabukan, dosa inses, makan darah dan daging manusia.

3. Hasil dari penganiayaan.
           

Memang ada banyak orang Kristen yang mati dalam penganiayaan dan
 pembunuhan, namun demikian jumlah orang Kristen tidak semakin berkurang malah semakin bertambah banyak.          
a. Orang Kristen semakin berani. Sekalipun dianiaya mereka tetap mempertahankan iman mereka (mis. Surat Petrus).
         
b. Kekristenan semakin menyebar keluar dari Yerusalem, yaitu ke daerah-daerah sekitarnya, dan ke seluruh dunia.         
c. Orang-orang Kristen semakin memberi pengaruh dalam kehidupan masyarakat, sehingga mereka betu-betul menjadi saksi yang hidup.


Konteks Gereja Lahir dan Berkembang
·         Konteks Yahudi di mana Gereja lahir dan berkembang
Konteks bangsa Yahudi sebelum Gereja lahir, yaitu Gereja lahir dan berkembang (bertumbuh) di Asia Barat. Asia Barat pada waktu itu dijajah oleh dua negara besar yaitu Kekaisaran Romawi dan Partia (sesudah thn 225 M berubah menjadi Persia, sekarang Irak-Iran). Wilayah kekuasaan Romawi di Asia Barat meliputi: daerah-daerah di sekitar Laut Tengah, di samping Mesir dan Afrika bagian utara, sedangkan wilayah kekuasaan Partia/Persia meliputi wilayah Irak dan Iran. Oleh karena Asia Barat, khususnya daerah Palestina dikuasai oleh kekaisaran Romawi maka pembahasan Gereja mula-mula yang lahir di Yerusalem dan berkembang ke arah Barat akan dibahas dalma materi Sejarah Gereja Umum. Sementara Gereja yang berkembang ke wilayah Persia akan dibahas dalam Sejarah Gereja Asia. Dengan demikian, pembahasan kita akan difokuskan pada Gereja mula-mula yang lahir dan berkembang dalam lingkup kekuasaan romawi. Konteks yang dimaksud adalah konteks Yahudi dan  Hellenisme.

Beberapa konteks Yahudi sebelum Gereja lahir di Yerusalem dan berkembang dalam wilayah kekaisaran Romawi.
a.    Orang Yahudi tersebar di penjuru bumi: di wilayah kekuasaan Romawi: Mesir, Afrika, Roma dan di wilayah kekuasaan Persia/ Partia (karena pembuangan: sisa-sisa orang Yahudi yang tidak pulang bersama Zerubabel/Ezra untuk membangun Bait Allah, Ezra 7:6-7). Orang Yahudi yang tinggal di Palestina 1 juta, yang tinggal di luar wilayah Palestina, misalnya di Roma lebih kurang 10.000, di Alexandria 1/3 dari jumlah penduduk.
b.    Orang Yahudi mempunyai tempat ibadah (Bait Allah) di Yerusalem
c.    Orang-orang Yehudi di Perantauan mempunyai tempat ibadah: Sinagoge, pada hari sabtu orang Yahudi berkumpul di Sinagoge untuk mendengarkan pembacaan Taurat dan homilianya (penjelasannya) bnd. Luk. 4:16. Setiap laki-laki Yahudi berhak memimpin kebaktian di Sinagoge, mula-mula juga seorang Yahudi yang telah menjadi pengikut Kristus (Kristen), seperti Paulus (Kis. 13:15)
d.    Orang Yahudi sedang menantikan kehadiran seorang Mesias (penyelamat) sesuai Kitab Suci (PL) yang mereka miliki
e.    Orang Yahudi mempunyai sikap moralisme: ketaatan pada hukum Taurat sebagai syarat untuk berkenan/selamat kepada Tuhan, sehingga kadang Taurat merupakan kuk yang berat bagi orang Yahudi (Mat. 23:4, 11:30)
f.     Orang Yahudi terkenal dengan Syema/pengakuan iman: Allah itu Esa (Monoteisme)
g.    Wilayah atau tanah kelahiran orang Yahudi sedang dijajah oleh bangsa Romawi, sering orang-orang Yahudi berusaha membebaskan diri dari jajahan Romawi tetapi gerakannya selalu ditumpas oleh prajurit Romawi (bagi mereka yang berminat baca kitab Deuterokanonika/kitab Apokripa yang dimiliki oleh orang Katolik, dapat juga di Introduksi PB  oleh Ola Tuluan)
h.    Orang-orang  Yahudi di tempat perantauan, yaitu di luar Palestina seperti di Roma dan beberapa tempat di wilayah kekaisaran Romawi dan juga di luar wilayah jajahan Romawi seperti Partia biasanya pada hari-hari raya Yahudi bersiarah ke Yerusalem untuk merayakannya
i.      Orang Yahudi telah memiliki Kitab Suci yang dapat memberi rujukan tentang Kristus dan pengikut-Nya (Mat. 1-2  dan teks lain dalam PB).

Sejarah Gereja Ortodox Sejak Abad Pertama : Zaman Rasul-rasul Sampai Kini
Sejarah Gereja Ortodox Sejak Abad Pertama : Zaman Rasul-rasul Sampai   Kini
A. Zaman Purba
        

Masa Pembentukan: Tiga Abad yang pertama : dari Yesus Kristus s/d
Konstantinus Agung
Abad 1 s/d Awal Abad 4:      

Gereja mulai muncul diatas dunia ini sejak Yesus Kristus diturunkan Allah dari sorga, sebagai Kalimatullah ( Firman Allah ) yang menjelma menjadi manusia ( Yohanes 1:14, Galtia 4:4). Selama lebih kurang tiga setengah tahun Beliau mengajar dan berkarya, dan
berpuncak pada peristiwa sengsara, penyaliban, kematian, penguburan, kebangkitanNya secara jasmani dari antara orang mati, serta kenaikanNya ke sorga. Peristiwa sengsara s/d kebangkitan ini akhirnya menjadi isi pokok berita (kerygma) dari para murid setiaNya
yang disebut Para Rasul, yang menyebarkannya sesudah peritiwa turunNya Roh Kudus yang dijanjikan Almasih atas mereka, pada hari Pentakosta ( Kisah 2). Dan kesengsaraan s/d kebangkitan Sang Kristus itulah inti Injil, yang semula diberitakan secara lisan.Karena
Kristus tak pernah menulis Kitab ataupun menerima Kitab dari sorga, maka Dia tak meninggalkan Kitab apapun pada para rasulNya ini, karena Dia sendiri adalah Firman Allah yang menjadi manusia.
Kerygma Rasuliah secara lisan itu mula-mula disebarkan hanya disekitar daerah Palestina saja, dan akhirnya menjadi ajaran lisan komunitas yang baru, yang disebut sebagai : Ekklesia, yang dari sinilah timbul kata Gereja ( berasal dari bahasa Portugis Igreja, sepadan dengan  kata Spanyol : Iglesia, yang jelas berasal dari kata Ekklesia itu). Para Rasul itu akhirnya menyebar kemana-mana, mulai dari Yerusalem dan seluruh Palestina, kemudian ke seluruh Siria, dan Asia Kecil ( kini negara Turki) serta Yunani dan Afrika Utara terutama di Alexandria (Mesir) dan Karthago ( Libia). Inilah batas sebelah barat dunia Timur pada saat itu. Sedangkan ke Timur lagi Injil tersebar ke Edesa, Mesopotamia ( Irak, Babilon), dan Persia, yaitu daerah Siria Timur, karena yang menerima Injil di daerah timur ini adalah suku- suku yang berbahasa Siria, sampai ke India Selatan. Sedangkan ke Barat lagi Injil diterima di benua Eropa Barat dari Roma di Itali, Spanyol, dan yang nantinya akan berkembang ke seluruh Eropa. Dengan demikian kita melihat Injil tersebar dari Timur ke Barat dan di seluruh benua: Asia, Afrika dan Eropa. Memang Iman Kristen itu pada dasarnya adalah Agama Timur ( Timur Tengah). Pada saat inilah dokumen-dokumen yang akhirnya menjadi Kitab Suci Perjanjian Baru mulai dituliskan oleh para rasul sebagai pemimpin Gereja itu kepada   

Gereja-Gereja ( Roma. Korintus, Galatia, Efesus, dll.) dan para pemimpin Gereja sebagai murid mereka secara langsung ( Titus, Timotius, Filemon, dll) yang telah mereka dirikan dan mereka pilih itu. Gereja ( Ekklesia) telah ada lebih dulu sebelum Kitab Suci (Perjanjian Baru) dipakemkan. Pada saat ini orang-orang non-Yahudi mulai diterima sebagai anggota ummat Allah, setelah penyelesaian masalah penerimaan mereka, dan penyelesaian masalah dogmatis
mengenai kedudukan Taurat, dalam Rapat Agiung (Konsili) para Rasul yang pertama di Yerusalem (Kisah  15). Konsili segenap Gereja inilah yang menjadi landasan adanya Konsili-Konsili di sepanjang sejarah Gereja itu. Orang-orang yang berobat itu hanya perlu beriman kepada Yesus Kristus tanpa harus menjadi Yahudi dengan mengikuti ritus- ritus Taurat, lalu dibaptiskan serta menjadi anggota Ekklesia yang dipimpin/ digembalakan oleh para "Presbyter" ("Penatua") dan "Episkop ("Penilik Jemaat") –Kisah 20:17,28 -, yang mereka ini menerima pentahbisan dari para Rasul sendiri ( Kisah 14:23), sebagai mata-rantai pelanjut-ganti pelayanan rasuliah. Para Rasul sendiri tidak menjadi "Gembala" ("Episkop/Presbyter") secara lokal dari Gereja lokal tertentu secara  permanen dimanapun. Masing-masing kelompok ekklesia itu memiliki ciri khasnya dan masalah-masalahnya sendiri, sebagaimana yang dapat kita baca dalam Perjanjian Baru. Namun seluruh ekklesia diapnggil untuk memegang doktrin yang sama dan melaksanakan akhlak hidup dan ibadah yang sama pula. Pada zaman awal ini Gereja harus menghadapi ajaran sesat pen- Taurat-an Injil yang segera dapat diselesaikan, serta pe-mythologi-an Injil dalam wujud aliran "gnostikisme" yang hendak mencampur- adukkan Injil dengan ajaran kafir Yunani-Romawi. Dengan keras para Rasul harus melawan ini sebagaimana yang kita lihat dari tulisan- tulisan Rasul Yohanes dan Rasul Paulus. Dengan kematian para rasul semuanya menjadi martyr (syuhada), kecuali Rasul Yohanes yang    meninggal karena umur tua, Gereja berlanjut dipimpin oleh para murid rasul itu. Penganiayaan yang sudah dimulai oleh Nero pada zaman Rasul Paulus dan Petrus berlanjut sampai abad kedua. Saat ini Iman Kristen dianggap "Agama Tidak Sah " ("Religio Illicita") di seluruh Kekaisaran Roma. Mereka adalah penjahat dimata pemerintah Roma,karena menolak menyembah kaisar sebagai "tuhan" dan "ilah". Sedangkan orang Kristen yang berada disebelah timur Mesopotamia yaitu dibawah Kerajaan Agung Persia, juga mengalami aniaya karena cemburu dari para pendeta agama Zoroaster, agama resmi negera             Persia. Orang Kristen di Kekaisaran Roma dituduh" memberontak    terhadap negera,  pembunuh bayi-bayi dan memakan daging dan minum darah mereka (" Makan dan Minum Daging dan Darah Anak Manusia").             Penganiayaan ini bersifat  sporadis, mereka tak perlu dikejar-kejar namun jika ketahuan mereka harus dihukum.  Diantara para pemimpin yang menderita dari aniaya abad ini adalah :Ignatius dari Antiokia, pengganti ketiga dari Rasul Petrus di Antiokia, Syria, sebagai Episkop ( 110 Masehi), Polykarpus, Episkop dari Smyrna, yang adalah murid Rasul Yohanes ( 156 Masehi) dan Yustinus Martyr (Syuhada). Yustinus Martyr ini memiliki seorang             murid dari Syria bernama Tatianus. Dia pulang ke Syria setelah kematian Yustinus dan menterjemahkan Injil dari bahasa asli Yunani ke bahasa Syria, dalam bentuk yang diurutkan sesuai dengan urutan cerita, bukan empat bentuk terpisah seperti yang kita kita kenal,  dan terjemahan ini terkenal sebagai "Diatessaron" , dan inilah Injilyang digunakan oleh Gereja Syria untuk waktu yang lama sampai akhirnya diganti dengan keempat Injil seperti seluruh Gereja lainnya, dalam bentuk terjemahan "Peshitta", yang menjadi Kitab Suci. Gereja Syria sampai sekarang. Disamping itu Gereja Syria menggunakan Perjanjian Lama bukan dari terjemahan Ibrani atau Septuaginta, namun dari Targum Aramia dari Perjanjian Lama yang berlaku di Babilonia. Ajaran Tatianus ini dipengaruhi oleh aliran gnostik "enkraitisme" yang menekankan pelajangan, dan asketisisme. Para pemimpin Kristen awal ini meninggalkan tulisan-tulisan yang bersama dengan "Didakhee", "Surat Kepada Diognetus", "Surat-Surat Klemen dari Roma" , "Surat Barnabas" (bukan Injil Palsu Barnabas yang dipromosikan Islam!!!), "Gembala Hermas" , serta tulisan-tulisan pembelaan iman (apologetik) dari  Athenagoras dari Athena, Melito dari Sardis, serta Theofilus dari Antiokia serta dari theoloog yang terbesar dari abad kedua Ireneus          dari Lyons, semuanya tadi memberikan gambaran yang jelas sekali mengenai iman dan kehidupan dari Gereja Perjanjian Baru yang berlanjut sampai abad kedua itu. Perkembangan yang paling penting pada abad kedua ini   adalah munculnya para pembela iman ( "apologist" ), yang membela Iman

Kristen dari serangan Agama Yahudi, Agama Kafir Berhala, serta Bidat-
bidat yang muncul di sekitar Gereja. Juga berkembangnya Aqidah (Doktrin) Gereja serta permulaan Theologia sesudah zaman Rasuliah, ditegakkannya pemerintahan Gereja bagi masing-masing jemaat lokal yang dipimpin oleh Episkop ("Penilik Jemaat" ), Presbyter ("Penatua") dan Diakon. Zaman ini pula fondasi pertama dari Ibadah dan Liturgi Kristen serta kehidupan Sakramental Gereja yang berlandaskan dari Ibadah Israel namun yang sudah terpisah dari Synagoga (Rumah Ibadah Yahudi) dan mulainya pembentukan Kitab Suci      dari Gereja Perjanjian
Baru itu terjadi.          
Pada akhir abad pertama dan permulaan abad kedua banyak tulisan
  palsu mengenai Kristus bermunculan. Tulisan-tulisan ini disebut tulisan-tulisan `apokrifa" ( jangan dikacaukan dengan "Anaginoskomena' dari Perjanjian Lama!!) serta tulisan- tulisan "pseudopigrafa" . Biasanya tulisan-tulisan memakai nama salah seorang rasul dan memasukkan dongeng-dongeng aneh mengenai masa kecil Yesus Kristus, kehidupan Perawan Maryam dan kegiatan- kegiatan karya para rasul. Dan sebagaian daripadanya menjadi kisah dalam Al-Qur'an terutama tentang masa kecil Kristus. Bersama dengan itu, muncul pula aliran "gnostikisme" , yaitu suatu bidat Kristen yang mengubah iman Kristen menjadi semacam ajaran kebatinan. Dalam melawan ajaran bidat gnostik inilah Gereja yang Rasuliah itu menyebut ajaran asli yang rasuliah itu sebagai ajaran ("doxa") yang "lurus" ("orthos") Ortho+ doxa = Orthodox.  Sedangkan ajaran "gnostik" itu sebagai ajaran ("doxa") yang berbeda atau menyimpang ("heteros"), hetero+ doxa = Heterodox. Akibat dari melawan ajaran gnostik inilah munculnya theologia dari para "apologis" ("pembela-iman"). Jauh di sebelah timur di dearah            Syria, Bardaisan adalah penulis yang terkenal mengenai masalah theologi. Namun dia mencampur-adukkan Injil dengan astrology dan mythologi, dan ajarannya tentang Allah kedengaran sangat aneh. Allah adalah satu yaitu Bapa, Roh Kudus adalah berjenis wanita sebagai "Bunda Kehidupan", dan Anak Allah adalah keturunan dari Bapa    dan Roh Kudus, Sang Bunda Kehidupan.Sehingga akhirnya Bardaisan dari Syria inipun dikucilkan dari Gereja.           

Akibat dari ajaran Gnostik ini pada para apologis adalah penekanan "
mata-rantai rasuliah" ("suksesi apostolik", "silislah rasuliah") sebagai penjamin ajaran yang benar dan tak terputus dari para rasul,  yang diterus-sampaikan secara tak terputus dari gereja kepada gereja, dari generasi kepada generasi, dari tempat ke tempat, dan penerus-sampaian tanpa putus dari zaman rasuliah ini disebut sebagai "Paradosis" atau "Traditio".        

Dan penyampaiannya itu dilakukan melalui pentahbisan dari para
    Episkop yang dapat dilacak dari mata rantai pentahbisan sejak zaman rasul-rasul. Dan para Episkop ini  pengajaran dan prakteknya itu identik antara satu dengan yang lain, dan secara bersama ajaran  mereka itu identik dengan ajaran para rasul Yesus Kristus sendiri.     Sebagai akibat yang lain, Gereja mulai kokoh dalam keputusannya    tulisan-tulisan mana yang menjadi bagian kanon Kitab Suci    
berdasarkan :
 

1.tulisan-tulisan itu harus berasal dari zaman rasul.
   
2. harus ditulis oleh rasul sendiri atau teman/murid dekat mereka
     
3. harus sesuai dengan ajaran rasuliah tanpa putus yang disampaikan
          
sebagai paradosis dalam Gereja
        
4.harus digunakan secara merata di seluruh gereja sejak awal
          
5. harus mengajarkan kesucian dan bukan dongeng-dongeng gnostik.
         


Dari kriteria inilah akhirnya tersaring dari tulisan-tulisan
rasuliah purba itu 27 kitab yang akhirnya kita kenal sebagai "Kitab Suci Perjanjian Baru" itu. Dan Kitan Suci Perjanjian Baru inilah yang berisi "Berita Gembira" ("Evanggelion", "Evanggel", "Injil") tentang Yesus Kristus, Firman Allah yang menjadi manusia itu. Karena memang Injil itu pada mulanya bukanlah suatu Kitab macam apapun namun peristiwa dan karya Almasih yang diberitakan secara lisan oleh para muridNya yang diberi gelar sebagai "apostolos" ("orang yang diutus" atau "rasul") itu.
           
Dalam tulisan-tulisan para apologis, para martyr (syuhada) dan para
kudus dari abad kedua ini kita ketahui bahwa masing-masing jemaat Kristen lokal itu dipimpin oleh seorang Episkop/Uskup ( Penilik Jemaat) yang dilaksanakan oleh para Presbyter/ Imam ( "Penatua") dan dilayani oleh Para Diakon. Terutama dalam tulisan-tulisan Ignatius (Magnesia 6:1, Filadelfia 4, Smyrna 8:2). Ignatius juga mulai menggunakan istilah "Katholik" untuk menyebut sifat Gereja. Ini berasal dari kata " Kath' (menurut, sesuai dengan) dan "holon " ( sepenuhnya, kepenuhan). Ini adalah kwalitas sifat yang menjelaskan bagaimana Gereja itu, jadi bukan nama suatu agama, misalnya:Roma Katolik, Anglo-Katolik, Katolik Bebas, Katolik Lama,dll. Dan kata ini (Katholik =Kath + Holon) bermakna kwalitas sifat gereja itu adalah penuh, sempurna, lengkap, utuh, tanpa kekurangan apapun di dalamnya dari kepenuhan kasih-karunia, kebenaran dan kekudusan       Allah. Demikianlah Gereja Rasuliah Perjanjian Baru pada abad yang kedua itu mulai menyebut dirinya sebagai Gereja yang "katholik" artinya bukan sekte-sekte yang main comot sana-sini dari kepenuhan dan keutuhan ajaran Rasuliah itu. Demikian juga Gereja purba itu disebut sebagai "Orthodox" artinya bukan yang menyimpang dari ajaran          Rasul tadi. Dalam "Didakhee" dan "Pembelaan dari Yustinus Martyr" dan "Ireneus" ditemukan juga penjelasan mengenai bagaimana ibadah Kristen zaman abad kedua itu dilakukan, terutama ibadah hari Minggu yang berpusat            
pada kotbah dan Perjamuan Kudus, dan juga tentang baptisan.
       

Menginjak pertengahan abad ketiga, yaitu tahun 249 Kaisar Desius
naik tahta, dia mengadakan penganiayaan secara universal, dan penganiayaan itu dilanjutkan sampai zaman Kaisar Valerianus (253-260). Orang Kristen dipaksa mempersembahkan korban kepada patung      kaisar sebagai "tuhan" dan "ilah", para rohaniwan Kristen harus  dikejar dan dibunuh, harta milik Gereja harus disita. Baru di zaman Gallenius, anak dari Valerianuslah penganiayaan dihentikan .Pada saat itu perkembangan yang luar biasa terjadi dalam Gereja. Namun penganiayaan yang berat itu mengakibatkan suatu krisis besar dalam Gereja. Timbul pertanyaan dalam Gereja mengenai bagaimana memperlakukan orang-orang yang selama masa aniaya itu karena diancam rela mempersembahkan korban pada patung kaisar, mereka ini disebut kaum "lapsi". Ada yang melarang mereka masuk Gereja lagi, ada yang    bersikap agak lunak. Akibatnya terdapat beberapa kelompok garis- keras yang menganggap Gereja. terlalu lunak akan masalah para "lapsi" itu yang memisahkan diri dari Gereja Rasuliah Perjanjian Baru yang "Orthodox" dan "Katholik" itu. Diantara mereka yang memisahkan diri dari Gereja adalah Tertulianus (c. 220 ), penulis agung dan peletak dasar Theologia Latin di Gereja       barat dari Afrika utara. Dia menggabung dengan gerakan bidat yang didirikan Montanus yang telah mulai pada akhir abad kedua, dan menyatakan diri sebagai Gereja "Nubuat Baru" dari Roh Kudus yang     lebih sempurna dari Gereja `Perjanjian Kedua" ( Perjanjian Baru) dari Kristus. Ciri gerakan Montanisme ini adalah penekanan pada "karunia lidah" dan "nubuat-nubuat" serta penekanan bahwa          Kerajaan Seribu Tahun akan segera datang di pulau Frigia, Asia Kecil.           

Pembela agung Gereja Rasuliah yang Orthodox dan Katholik ini pada
saat itu adalah Kiprianus dari Karthago (meninggal tahun 258). Dia meninggal sebagai Martyr setelah membela Gereja Rasuliah yang Orthodox dan Katholik itu melawan aliran garis keras yang memisah dari Gereja karena masalah kaum "lapsi" tadi. Aliran yang dilawan dalam tulisan-tulisan Kiprianus ini adalah aliran "Novatianisme" yang didirikan oleh "Novatianus" yang berada di Roma. Novatianus      menyebut alirannya sebagai " Gereja Murni". Kiprianus membela Gereja Rasuliah yang Orthodox dan Katholik itu dengan menekankan        perlunya "mata-rantai rasuliah" dalam ajaran dan "mata-rantai rasuliah" dalam pentahbisan para episkop dalam melawan apa yang disebut sebagai gereja-gereja "murni" yang hanya bersifat rohani            yang abstrak dan tak nampak mata dari orang yang merasa dirinya    lebih baik dari Gereja Rasuliah yang Orthodox dan Katholik itu,serta yang mengangkat-angkat diri sendiri ini. Dia menekankan bahwa Gereja   Kristus itu ada bagi penyembuhan orang berdosa, dan Kiprianuslah       yang mengatakan juga bahwa "extra ekklesia nulla salus est " (diluar Gereja,- yaitu diluar persekutuan kongkrit dari ummat yang percaya      secara pribadi kepada Kristus dibawah pimpinan rohani Episkop danberlandaskan suksesi rasuliah disekitar meja perjamuan kudus dan             pemberitaan firman oleh presbyter – tidak ada keselamatan ).

Abad ketiga ini menyaksikan juga perkembangan theologi secara formal
dengan didirikannya sekolah theologia di Alexandria, Mesir oleh            Pantaenus dan Klemen dari Alexandria ( meninggal kira-kira tahun 215 ). Yang akhirnya dikepalai oleh seorang penulis, sarjana, dan theoloog termasyhur: Origenes ( meninggal tahun 253). Theologi             Alexandria ini menekankan bahwa filsafat Yunani yang non-Kristen itu dapat digunakan sebagai alat untuk menjelaskan Injil. Dan ciri khas dari pendekatan Alexandria ini adalah tafsiran secara alegoris terhadap Kitab Suci, sedangkan dalam tradisi Syria-Antiokhia yang tak lama kemudian akan berkembang adalah tafsiran harafiah berdasarkan tata-bahasa dan sejarah penulisan Kitab Suci.    

Kedua pendekatan ini akhirnya akan bertemu dalam konflik, pada abad-
abad berikutnya. Karya Origenes itu sangat luar biasa dan tak         terhitung jumahnya. Dialah yang pertama kali mengadakan kajian sistimatis dan sastrawi dari buku-buku dalam Alkitab. Karya Origenes    
ini akan menjadi fondasi karya-karya theologia para bapa-bapa Gereja
Yunani pada abad-abad berikutnya. Namun demikian secara ajaran banyak pendapat Origenes yang ditolak oleh Gereja, karena tak Alkitabiah dan tak rasuliah, sehingga pada Konsili Ekumenis V (tahun 553), beberapa ajaran Origenes dinyatakan sesat oleh Gereja. Diantara pakar-pakar theologia abad ke 3 yang harus disebutkan bersama dengan Tertulianus, Kiprianus, Klemen dan Origenes adalah Dionysius dari Alexandria ( wafat 265), Hippolytus dari Roma (wafat 235) Gregorius Pelaku Mukjizat di Kappadokia ( wafat 270) dan Methodios dari Olympus ( wafat 311) Orang-orang ini semuanya memperkembangkan theologia Kristen Orthodox terutama meletakkan  landasan bagi pembahasan tentang Allah yang Esa dalam hubunganNya dengan Kalimatullah dan Rohullah sendiri yang terkenal sebagai ajaran Tritunggal Kudus yang dalam abad berikutnya akan menjadi pembahasan hangat dalam Gereja. Paulus dari Samosata dan Lukianus (Lusian) dari Antiokia terkenal akan ajaran bidatnya mengenai sifat ke-Tritunggal-an Allah. Mereka ini hidup pada akhir abad ketiga. Dari abad ketiga ini kita          
juga mendapatkan tulisan-tulisan yang menolong kita untuk melihat
kehidupan liturgis dan kanonik dari Gereja Rasuliah yang Orthodox         dan Katholik ini pada abad ketiga itu, yaitu: Pengajaran-Pengajaran Para Rasul dari Siria serta Tradisi Rasuliah karya Hippolytus dari Roma ( wafat tahun 235). Tulisan yang pertama itu memberikan peraturan-peraturan mengenal jabatan hirarkis serta praktek-praktek sakramental dalam Gereja Syria, serta menjelaskan pertemuan liturgis jemaat. Dan tulisan kedua menjelaskan hal yang sama yang berlaku di Gereja Roma dengan lebih panjang dan detail.         Abad keempat dimulai dengan penganiayaan yang paling besar yang diarahkan kepada Gereja oleh Kaisar Diokletianus. Daftar Syuhada atau Martyr yang paling panjang berasal dari abad ini. Setelah surutnya Diokletianus, terjadilah perebutan kekuasan dalam Kerajaan Romawi. Pada tahun 312, Konstantinus menghadapi peperangan melawan Maxentius. Sebelum peperangan di Jembatan Milvianus di Roma, Konstantinus berdoa, serta mendapat penglihatan Salib Bersinar di langit dengan tulisan: Dengan Tanda Ini, Kalahkan. Dia memerintahkan            para prajuritnya untuk mengenakan tanda salib ini pada perisai dan   jubah mereka, Konstantinus memenangkan peperangan itu. Konstantinus    segera bergerak untuk memberikan kebebasan kepada orang-orang     Kristen, serta menunjukkan kecenderungannya kepada Iman Kristen. Sebelum kematiannya Konstantinus membangun suatu kota di Byzantium bagi ibu-kota yang baru dari Kerajaannya itu, dan kota itu            disebut "Konstantinopel" (kini: "Istambul" , di Turki) untuk menghormatinya. Konstantinus sendiri baru dibaptiskan diatas ranjang menjelang kematiannya pada tahun 337. Bersama dengan ibunya Maharatu Heleni, dia menemukan Salib Asli Kristus di Yerusalem, serta keduanya diakui sebagai orang suci dalam Gereja Orthodox sampai kini.    

Iman Kristen diakui sebagai agama resmi Kerajaan Byzantium pada tahun 380, oleh ketetapan Kaisar Theodosius. Dengan demikian Kekaisaran Romawi terbagi dalam dua bagian: Romawi Barat berpusat di Roma dan Romawi Timur berpusat di Konstantinopel. Pembagian Kerajaan        menjadi Barat dan Timur ini, akhirnya membentuk perkembangan wilayah Gereja menjadi Gereja Barat berpusat di Roma dan Gereja Timur yang berpusat di Konstantinopel, Alexandria, Antiokhia dan Yerusalem. Sementara itu ummat Kristen Syria yang tinggal di Kekaisaran Persia, makin mengalami aniaya karena dicurigai sebagai antek musuh Kerajaan Persia, karena sekarang Kerajaan Romawi musuh bebuyutan Persia, telah menjadi Kristen: Kerajaan Byzantium.

Pertumbuhan Gereja Zaman Rasul – rasul dan Gereja masa kini
Pertumbuhan secara kualitas juga pertumbuhan secara kuantitas.Apabila Gereja hanya mementingkan pertumbuhan secara kualitas tanpa pertumbuhan secara kuantitas bagaimana kita menggenapkan Firman Tuhan agar kita bisa menjadi saksi di Yerusalem , Yudea , Samaria dan sampai ke ujung bumi ,tetapi apabila kita hanya mementingkan Pertumbuhan secara kuantitas tanpa memperhatikan kualitas jemaat , maka Gereja akan menjadi Gereja yang duniawi, yang tidak mungkin akan memimpin umat di dalamnya sampai pada keselamatan di Surga , sehingga pengorbanan Tuhan Yesus di atas kayu salibpun akan menjadi sia – siaDalam Pertumbuhan Gereja ada dua arah yang kita harapkan dapat tercapai , yaitu. Pada zaman Rasul – rasul ada tiga perkara yang mempengaruhi Gereja pada masa itu :
1.
Peran doa yang sehati , Mereka semua bertekun dengan sehati dalam doa bersama-sama, dengan beberapa perempuan serta Maria, ibu Yesus, dan dengan saudara-saudara Yesus ( Kis 1:14 ).Tuhan Yesus sendiri menyatakan , Dan lagi Aku berkata kepadamu: Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apa pun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga. Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka."( Matius 18 : 19 – 20 ).          
Pada saat itu ada lebih kurang 120 orang yang berkumpul untuk berdoa tetapi secara hati mereka telah menjadi satu , yang mereka harapkan adalah janji Bapa , agar mereka diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat Maha tinggi ( Luk 24 : 49 ).Melalui doa yang bersatu hati Roh Kudus dicurahkan ( Kis 2 : 1 – 4 ) dan kemuliaan Tuhan melalui pernyataan MujizatNya dinyatakan di tengah –tengah umatNya ( Kis 2 : 43 ).         
2.
Peran serta Roh Kudus , Rasul – rasul berkumpul di Yerusalem yaitu untuk menantikan janji Tuhan mengenai pencurahan Roh Kudus , tanpa Roh Kudus murid – murid saat Tuhan Yesus ditangkap dan disalibkan , mereka seperti domba yang kehilangan gembala , bahkan mereka menjadi kecil hati dan menjadi penakut , bahkan Rasul Petrus yang menyatakan rela dipenjara bahkan rela mati bersama – sama dengan Kristus , telah menyangkal Tuhan Yesus sebanyak tiga kali , tetapi apa yang terjadi sesudah hari Pentakosta , saat Roh Kudus dicurahkan ,dipelopori oleh Rasul Petrus , Rasul – rasul bangkit dan mejadi saksi – saksi Tuhan yang berani , dan melalui kuasa Roh Kudus yang bekerja dalam diri Rasul Petrus , Ia berkhotbah pada hari Pentakosta , dalam satu hari saja, ada 3000 orang yang bertobat dan dibaptis , bukan itu saja oleh Kuasa Roh Kudus yang bekerja ditengah – tengah mereka , Rasul – rasul menyatakan Kuasa Tuhan melalui pernyataan tanda heran dan Mujizat – mujizat yang luarbiasa.   
3.
Peran dari tenaga kerja yang bekerja sama dengan Allah.Sesudah Yudas Iskariot mengkhianati dan menjual Tuhan Yesus , dalam penyesalannya saat Ia melihat Tuhan Yesus ditangkap dan akan disalibkan , Ia mengembalikan uang hasil penjualan Tuhan Yesus dan kemudian ia menggantung dirinya sendiri , dan untuk menggenapkan bilangan Rasul – rasul yang berjumlah 12 orang itu , maka dipilihlah Matias sebagai pengganti Yudas Iskariot.
Dalam kitab Amsal ada pernyataan , Kalau tidak ada lembu, juga tidak ada gandum, tetapi dengan kekuatan sapi banyaklah hasil ( Amsal 14 : 4 )
.
Dalam besarnya jumlah rakyat terletak kemegahan raja, tetapi tanpa rakyat runtuhlah pemerintah.( Amsal 14 : 28 ). Dengan adanya 12 Rasul Tuhan bersama – sama dengan murid – murid Tuhan pada saat itu , mereka telah menjadi suatu Laskar yang luar biasa untuk memenangkan banyak jiwa bagi Kerajaan Allah. Apabila Gereja pada masa kini mendambakan pertumbuhan yang luarbiasa seperti yang telah terjadi pada Gereja zaman Rasuli, maka seluruh Hamba Tuhan , Pekerja Kudus dan seluruh jemaat , harus membangun Kesatuan hati , mengejar kepenuhan Roh Kudus dan tekun berdoa, agar Kuasa , kemuliaan dan mujizat Tuhan dinyatakan di tengah – tengah GerejaNya , juga kita harus peka terhadap panggilan Tuhan dan bersedia dibentuk untuk menjadi laskar yang kuat untuk membangun Kerajaan Allah di bumi seperti di Surga .


B.     GEREJA ABAD PERTENGAHAN
A.ARTI ABAD PERTENGAHAN
1.        Pendahuluan
Ø Setelah Kaisar Theodosius Agung meninggal, sekitar tahun 400, kekaisaran Romawi dibagi menjadi dua, yaitu Romawi Barat berpusat di Roma dan Romawi Timur berpusat di Konstantinopel
Ø Kekaisaran Romawi Barat runtuh tahun 476 karena dihancurkan oleh suku bangsa German
Ø Suku bangsa Frank menduduki Perancis, Suku bangsa Angelsaksis Inggris, dan seterusnya
Ø Bangsa-bangsa ini mendirikan negara-negara baru, yangkemudian hari disebut: Perancis, Inggris, Jerman dan negeri-negeri Skandinavia
Ø Di Eropa Timur, bangsa-bangsa Slav juga mendirikan beberapa negara: Rusia, Polandia dan seterusnya
Ø Jadi, secara asasi pada zaman itulah lahir negara-negara Eropa yang masih ada sampai sekarang.

2.        Penginjilan di Eropa
Ø Mayoritas bangsa-bangsa German dan Slav menganut agama-agama Suku (Politeis)
Ø Wilayah Perancis dan Inggris, yang sudah masuk Kristen sewaktu masih merupakan provinsi-provinsi kekaisaran Romawi, sebagian harus dikristenkan kembali
Ø Di Rusia dan Eropa Utara dan Tengah, sama sekali belum ada usaha pekabaran Injil
Ø Sekitar tahun 1000, hampir seluruh Eropa sudah masuk Kristen
Ø Pada masa itu juga, Paus-paus berhasil menjadi penguasa duniawi di suatu daerah di Italia Tengah, yang biasa disebut Negara Gereja. Ibu kota Negara itu Roma
Ø Negara-negara itu berdiri terus sampai tahun 1870, ketika dicaplok Kerajaan Italia
Ø Tetapi sebagaian kecil Kota Roma di sekitar Gereja Santo Pertus tetap merupakan Negara berdaulat (Kota Vatikan), lengkap dengan aparat diplomatiknya (seperti di Indonesia di Jln. …) Kepala Negara ialah Paus
Ø Perancis dikristenkan kembali sekitar tahun 500 M
Ø Inggris dengan bangsa Anglo-Sakson, dikristenkan sekitar tahun 600 M
Ø Sekitar tahun 1000 M, Eropa Timur dikristenkan oleh utusan-utusan dari Konstantinopel menjadi Gereja Ortodoks Timur.


3.        Sikap dan cita-cita Gereja Barat Menghadapi Dunia
Ø Sikap Gereja terhadap dunia sekitar: ada dua, yaitu:
a.    Gereja bersikap/menguasai dunia atau menjadi lembaga pembimbing dan pengatur dunia (hidup kenegaraan dan kemasyarakatan.
b.    Pada pihak lain, banyak orang Kristen yang menarik diri dari dunia.
Ø Cita-cita Gereja Abad Pertengahan, yaitu untuk menjadi lembaga yangmembimbing dan mengatur dunia. Hal ini menyebabkan pergumulan yang hebat antara Gereja dan dunia, yakni negara dan masyarakat.
Ø Mula-mula Gereja dikuasai oleh Negara (500-1000)
Ø Kemudian Gereja melepaskan diri dari negara (1000-1150), seterusnya Gereja berusaha berdiri sendiri menjadi pembimbing dan pengatur negara (1200-1300). Akhirnya kekuasaan Gereja merosot lagi
Ø Sementara Paus berusaha menguasai dunia, ada pula orang-orang Kristen yang menarik diri dari tengah-tengah dunia, dengan manggalkan segala kekuasaan dan kekayaan duniawi. Orang-orang itu akan dibahas dalam sub judul Gerakan Kerohanian Orang Kristen Eropa abad Pertengahan.

4.        Gerakan Kerohanian Orang Kristen Eropa abad Pertengahan.
Ketika Paus berusaha menghimpun kekayaan (menguasai dunia) maka ada orang-orang dari kelompok orang-orang kaya meninggalkan kekayaan mereka dan mencari suasana rohani. Orang-orang yang dimaksud, seperti:
§  Petrus Waldes (1175): Berasal dari Perancis, ia adalah orang kaya (saudara yang kaya). Ketika bercakap-cakap dengan temannya, temannya mati seketika. Hal ini membuat Waldes amat kaget. Apa gunanya memupuk kekayaan, kalau sewaktu-waktu maut bisa mencabut nyawa seseorang? Beberapa waktu kemudian ia mendengar ada penyanyi keliling memaw cerita tentang seorang muda yang memberikan seluruh hartanya kepada orang miskin, lalu pergi mengemis ke rumah orangtuanya tanpa dikenalai orangtuanya. Itulah petunjuk bagi Waldes. Kemudian Waldes membagi kekayaannya kepada orang miskin, kecuali sebagian yang dipakai untuk membiayai penerjemahan Injil ke dalam bahasa daerahnya. Lalu ia berkhotbah di mana-mana: Hai saudara-saudara ikutilah teladan Kristus.
§  Franciscus dari Assisi (1182-1226): Ia mendirikan ordo saudara-saudara Hina (Latinnya: Ordo Fratrum Minorum, OFM, biasanya disebut Ordo Franciscan)
·      Fransiscus adalah anak seorang saudagar kaya. Pada waktu ia bertemu dengan seorang pengemis, Franciscus memberikan seluruh pakaian yang ada padanya. Dan pada waktu bertemu dengan orang berpenyakit kusta, ia pun terdorong untuk memeluk orang kusta tersebut. Namun karena Franciscus memboroskan harta orangtuanya untuk orang-orang miskin maka ia ditolak oleh ayahnya sebagai ahli waris. Kemudian Franciscus pergi ke luar kota dan memperbaiki gedung Gereja yang sedang runtuh. Ia membangun Gereja dengan jalan minta-minta.
·      Franciscus mempunyai semangat cinta kasih yang besar kepada Kristus, tetai juga cinta kasih kepada seluruh makhluk. Ia pernah berkhotbah kepada burung-burung, yang mendengarkannya dengan berdiam diri. Suatu hari ia mendamaikan penduduk salah satu kota dengan seekor serigala yang ganas, yang biasanya menyerang kawanan domba-domba kota itu.
·      Pernah Franciscus mau menyiksa tubuhnya dengan menghempaskan diri ke semak-semak duri, selaku latihan askese, akan tetapi semak duri itu mengisut, tidak melukai dia.
·      Pada waktu hidupnya tubuhnya ditandai dengan ‘stigma’, yaitu bekas luka-luka pada tangan dan kaki Kristus yang disalibkan itu tampak juga pada kaki dan tangan Franciscus.
§  Dominikus, seorang Spanyol. Terharu juga oleh kemiskinan orang, lebih-lebih kemiskinan rohani dari mereka yang dibujuk bidat.
·      Dominikus mau menjadi miskin supaya orang-orang yang seperti kaum Waldens, melawan kekayaan uskup-uskup, lebih percaya kepada pemberitaannya.
·      Dominikus mendirikan sebuah Ordo, yaitu Ordo Pengkhotbah-pengkhotbah (Latinnya: Ordo Predicatorum, OP) atau Ordo Dominikan.

Teologi dan Kepercayaan Abad Pertengahan

Teologi Abad Pertengahan (590-1500)
·      Teologi Skolastik: penyelarasan ajaran Gereja dengan filsafat Yunani. Karangan-karangan dari Filsuf Yunani, seperti: Plato dan Aristoteles.
·      Tokoh terkemuka dari Teologi Skolastik adalah Thomas dari Aquino (1225-1274)
·      Pola pemikiran Thomas Aquino dapat dilihat dalam cara ia membahas hubungan antara rahmat Allah dan kemampuan manusia untuk berbuat baik
·      Teologi Skolastik dari Thomas Aquino ini paling digemari oleh Gereja Katolik Roma, yang berimplikasi pada penekanan perbuatan baik untuk memperoleh keselamatan pada abad pertengahan
·      Perayaan sakramen Misa (Ekaristi) merupakan ibadah yang sebenarnya: khotbah, pemberitaan Firman Tuhan bersifat pendahuluan untuk misa
·      Dikenal 7 sakramen pada abad pertengahan dan tetap dipertahankan dalam Gereja Katolik Roma sampai kini. 7 Sakramen itu: (1) Baptisan,     (2)  Konfirmasi  (peneguhan),  (3)  Pengakuan  dosa,  (4) Misa (Ekaristi), (5) Peminyakan (minyak suci) atas  orang  sakit  yang  akan meninggal, (6) Nikah, (7) Penahbisan Iman

Kepercayaan Abad Pertengahan

·      Gereja Abad Pertengahan sesuai dengan ajaran Gereja, meyakini bahwa Allah adalah ‘Hakim Yang Adil’ yang mengadili manusia sesuai dengan perbuatannya
·      Allah (Yesus Kristus) diyakini terlalu tinggi untuk dapat dijangkau oleh kaum awam oleh karena itu Gereja sebagai perantara, khususnya santo
·      Kepercayaan akan api penyucian atau Purgatori
·      Santo sebagai perantara karena Allah terlampau tinggi sehingga harus ada perantara, khususnya Maria
·      Sehubungan dengan kepercayaan terhadap santo itu, maka beragam peninggalan orang suci itu menjadi benda pemujaan, misalnya tulang, rambut, pakaian dll.

Cara Percaya yang Lain di Akhir Abad pertengahan

·         Bernhard dari Clairvaux: mencari Tuhan dengan jalan mistik (kebatinan)
·         Wyclif dan Hus: mencari Tuhan dengan jalan mendengarkan Firman-Nya dan mengkritik teologi dan kepercayaan yang resmi dengan bertolak dari firman itu (mereka ini adalah perintis-perintis Reformasi)
·         Kaum Humanis (Erasmus): mencari Tuhan dengan cara kembali kepada suasana Gereja Lama, dan kritiknya terhadap teologi dan kepercayaan yang resmi bertolak dari suasana itu (kaum humanis). Salah satu semboyan kaum humanis adalah: kembalilah kepada sumber-sumbermu. Mereka berusaha melihat kitab suci bukan dari terjemahan Vulgata (Terjemahan Alkitab dalam bahasa Latin) tetapi langsung melihat teks kitab suci dalam bahasa asli yaitu Ibrani dan Yunani.
·         Jadi Kaum Humanis memberi kontribusi dalam penelitian kebenaran berdasarkan sumber asli (teks asli) bukan dari terjemahan-terjemahan. Sebab terjemahan-terjemahan bisa salah.

Perang Salib (1050-1450)

Sebab-sebab perang salib yaitu karena Islam telah menguasai daerah imperium Kristen yang siarah ke Yerusalem. Selain itu dalam pemerintahan 4 Khalifah Islam mereka telah berhasil menaklukkan daerah Maroko samapai Afganistan, pasukan Islam juga sudah memasuki daerah Spanyol (akan dibahas dalam SGA).
Yang disinggung di sini adalah perang salib yang terjadi di Spanyol.
Faktor penyebab perang salib di Spanyol adalah perang pembebasan, agama bukan faktor utama di dalamnya. Kemudian orang Eropa mulai berusaha membebaskan tanah suci (Yerusalem) yang telah dikuasai oleh tentara Islam (di sini/perang salib di Palestina, faktor agama menjadi aspek dominan). Walaupun demikian para ahli mengatakan perang salib di Palestina bukanlah perang antara umat Kristen dan umat Islam, melainkan perang aantara ‘Peranggi dan Turki”. Di dalamnya bercampur faktor agama dan faktor lain.
Singkatnya perang salib membawa dampak yang buruk antara hubungan Islam dan Kritsten di kemudian hari.

Perang-perang Salib (1096-1291)

Sekitar pertengahan abad XI terjadilah anarkhi dan kekacauan di Konstantinopel. Kaisar demi kaisar dibunuh, keadaan tentara Romawi Timur diabaikan. Tentara-tentara Turki, yang telah mengambil kekuasaan dalam khalifah Arab, memanfaatkan kesempatan ini dan memasuki Asia Kecil. Pada tahun 1071 tentara Turki menghancurkan Kekaisaran Romawi di Armenia, lalu merebut seluruh dareah Romawi di Asia, seperti Asia Kecil (Turki), Suriah, Palestina dan Yerusalem. Akibat dari perang ini, orang-orang (Kristen) Eropa yang bersiarah ke Yerusalem amat diganggu, bahkan dibunuh. Hal ini disebabkan karena sikap bangsa Turki-Seljuk Islam yang keras memusuhi agama Kristen, sehingga jemaat Kristen yang bersiarah ke Yerusalam (kota suci) diganggu.
Akibat keadaan ini, Kaisar di Konstantinopel meminta pertolongan dari Negara-negara di Eropa Barat untuk melawan tentara-tentara Turki-Seljuk yang beragama Islam yang mulai atau baru mendirikan suatu kerajaan besar dekat Konstantinopel, sehingga Konstantinopel merasa terancam.
Kaisar Alexius Comnenus mengaitkan dua alasan di atas dan mengajak Paus Urbanus II untuk bersama-sama merebut kembali Palestina dan kota suci lainnya dari kekuasaan bangsa Turki-Seljuk yang beragama Islam.
Paus Urbanus II merespons permintaan Kaisar Alexius, kemudian baerpidato secara baersemangat untuk mengobarkan semangat umat Kristen untuk merebut Tanah Suci (Yerusalem) dari orang-orang Islam. Selanjutnya Paus Urbanus II menjanjikan pengampunan dosa, pembebasan dari segala hukum gerejawi, dan pengurangan di Pugatori (Api Penyucian: dukungan ayatnya dari II Makabe 12:39-45; Mat. 12:31; 1 Kor. 3:11-15).
Seruan dari Paus Urbanus II mempengaruhi 150.000 orang Kristen dan mereka berkumpul di Konstantinopel. Mereka semuanya mengenakan tanda salib merah pada pakaian mereka.
Perang salib dapat dibagi dalam beberapa tahap:
a)    Perang Salib I (1096-1099): Pasukan ini berhasil merebut daerah-daerah seperti: Nicea (ibu kota kerajaan Turki-Seljuk di Asia Kecil) pada tahun 1097, merebut daerah Edessa pada tahun 1097, merebut Kota Antiokhia pada tahun 1098 dan Kota Yerusalem pada tanggal 15 Juli 1099. Pasukan tentara Salib membunuh ribuan orang Islam dan orang Yahudi. Tindakan yang keji darai tentara Salib menggoncangkan dunia Islam (menghasilkan dampak negatif bagi hubungan Islam dan Kristen di kemudian hari). Kekuasaan tentara Salib atas daerah-daerah ini tidak berlangsung lama, hanya setengah abad tentara Salib menguasai daerah-daerah yang direbutnya dalam perang salib, selanjutnya mereka dikalahkan oleh tentara Islam.
b)   Perang Salib II (1147-1149): Perang Salib ini digalang oleh Bernhard dari Clairvaux (1090-1153), dan dipimpin oleh kaisar Konrad III dan Raja Ludwig VII dari Perancis. Namun gerakan inipun tidak berhasil. Sebaliknya reaksi-reaksi melawan dan mengutuk perang-perang salib muncul di Eropa.
c)    Perang Salib III (1189-1192): Kedudukan kerajaan-kerajaan Kristen di Timur Tengah bertambah sulit setelah Sultan Saladin bertahta di Mesir dan bertekad untuk mengembalikan kekuasaan Islam atas wilayah-wilayah yang dikuasai dalam perang Salib I. Pada tahun 1187 daerah Tiberias dan Yerusalem ingin ditaklukkan kembali oleh Raja Perancis namun tidak banyak daerah berhasil dikuasai.
Sultan Saladin menyetujui bahwa semua orang Kristen boleh masuk ke Yerusalem (kota Suci) tanpa gangguan. Tentara Salib tidak berhasil merebut kembali Kota Yerusalem. Tentara Salib hanya merebut kota Siprus dari kekuasaan kekaisan Byzantium (Konstantinopel). Perebutan ini bersifat peperangan antara Kristen dengan Kristen.
d)   Perang Salib IV (1202-1204): Dilakukan atas anjuran Paus Innocentius III. Perang Salib ini hanya menghasilkan penghancuran Konstantinopel oleh tentara Salib. Mereka membunuh ribuan penduduk, menghancurkan sebagian kota, mencemarkan gereja-gereja Ortodox Timur, memperkosa.
e)    Perang Salib Anak-anak (1212): Ribuan anak-anak berkumpul di Marseilles (Perancis Selatan). Anak-anak ini tidak berhasil mencapai Tanah Suci (Yerusalem). Ribuan yang meninggal, ribuan lagi dijual sebagai budak-budak di Afrika Utara.
f)     Masih ada beberapa tahap perang salib yang tidak dikemukakan di sini, selanjutnya dapat dibaca dalam Dietrick Kuhl, Sejarah Gereja Jilid II, halaman 27-28.
g)   Akibat Perang Salib:
1)   Kedua kelompok (Kristen dan Islam) mengalami penderitaan.
2)   Kegoncongan rohani dalam kalangan Kristen. Islam dan Muhammad dianggap unggul dan menang. Berkembanglah sikap skeptisisme. Ada orang Kristen yang pindah agama dan menjadi Muslim. Menghasilkan keacuhan rohani, sikap anti Gereja, penolakan kepausan dan Gereja Katolik Roma yang mempromosikan Perang Salib, dan mempercepat berkembangnya sekularisme.
3)   Karena kritik dan penolakan terhadap Perang Salib maka muncul kerinduan untuk menginjili orang-orang Muslim, seperti yang dikatakan oleh seorang rahib Dominikan, Wilhelm dari Tripolis: “Dan dengan cara itulah, yaitu dengan pemberitaan Injil saja, tanpa bukti-bukti filsafat dan tanpa kekerasan senjata, mereka akan mencari baptisan Kristus dan akan masuk kawanan domba Allah”, Ia berhasil membaptis 1000 orang Muslim.
4)   Terjadi relasi yang baru antara Islam dan Kristen yaitu sikap fanatisme (sikap ini kadang memunculkan ketidakharmonisan dalam dua komunitas Abrahamik) (Kuhl, Jilid II: 1997:29-31).




Gereja Abad I sampai dengan Abad VII (Tujuh konsili pertama)
Kehadiran Gereja dimulai dengan kehadiran Roh Kudus di tengah-tengah murid-murid pada hari raya Pentakosta. Murid-murid mengalami suatu kuasa Roh yang tercurah atas mereka, di mana mereka belum pernah mengalaminya sebelumnya. Pemberitaaan Injil dimulaikan dan selanjutnya akan menjangkau seluruh umat manusia. Gereja sebagai persekutuan orang-orang yang percaya kepada Yesus memulaikan sejarah persekutuannya, di mana di dalamnya akan terjadi dengan tidak ada lagi perbedaan yang dibatasi oleh perbedaan sosial, bahasa, ataupun suku bangsa. Hal itu tidak bisa terjadi dalam persekutuan Yahudi ataupun agama orang Yunani pada waktu itu. Kebiasaaan yang berlaku dalam kehidupan masyarakat pada itu, tidak akan terjadi dalam persekutuan yang percaya kepada Yesus Kristus. Kenapa hal demikian terjadi ? Karena Gereja hanya mempunyai misi yang jelas dalam pekabaran injilnya, bahwa Yesus dari Nazareth adalah Mesias yang dijanjikan Allah untuk seluruh umat manusia. Persekutuan gereja ini memulaikan pekabaran injilnya dari kota Yerusalem terus kemudian menyebar ke Mesir, Arab, Siria, Mesopotania, bahkan sampai ke Roma. Orang yang menjadi pengikut Yesus, bukan saja dari kalangan orang Yahudi, tetapi juga berasal dari kalangan non Yahudi. Orang yang berasal dari golongan sosial yang rendah sampai ke kalangan atas. Orang-orang Kristen yang baru dan ibadah dilakukan di rumah-rumah karena mereka belum memiliki akan rumah ibadah yang permanen, karena agama Kristen belum menjadi agama yang resmi,dan bergerak secara diam-diam. Kelompok yang dianggap aneh ini oleh kalangan masyarakat, dan baru disebut “Kristen” terjadi di kota  Antiokhia. Sebutan “ Kristen” yang diterima oleh pengikut Yesus ini merupakan kata sindiran yang berisi penghinaan, karena mereka tidak disukai dalam masyarakat (Kisah Para Rasul 11: 6).
Pada satu sisi ketika pemberitaaan injil Yesus dinyatakan dalam kehidupan persekutuan dengan sesama manusia, tentunya penguasa – penguasa dan pemimpin agama Yahudi tidak menyukai akan kehadiran agama yang baru. Karenanya orang-orang Kristen diburu dan ditangkap, bahkan dibunuh. Kitab Kisah Para Rasul banyak menceritakan tentang penderitaan yang dialami orang-orang Kristen pada waktu itu. Stefanus, Yakobus anak Zebedius, Yakobus saudara Yesus adalah orang-orang pertama yang mati sahid dari perbuatan pemuka agama Yahudi yang tidak menyukai akan penyebaran agama Kristen yang begitu cepat. Dari awal hubungan kekeristenan dan agama Yahudi tidak akur, karena banyak peraturan-peraturan orang Yahudi dilanggar oleh orang-orang Kristen baru. Keadaan ini terus berlangsung sampai dengan menjelang akhir abad pertama dengan terpisahlah agama Yahudi dengan kekeristenan. Demikian pula dalam pemerintahan Romawi, kekeristenan tidak diakui sebagai agama yang resmi, sebagaimana agama Yahudi sebagai agama resmi dan diakui negara. Persekutuan Kristen yang sedang bertumbuh menuntut hak yang sama dengan penganut agama Yahudi. Hak itu tidak dapat diperoleh, karena kekeristenan dianggap anti sosial dan tidak patriot. Akibatnya penyiksaaan, pembunuhan terjadi. Tercatat kaisar Nero, kaisar Kladius. Keadaan ini berlaku sampai dengan abad kedua. Baru di tahun 312 gereja diakui sebagai agama resmi, dengan masuknya Constantianus menjadi orang Kristen. Segala milik gereja yang dirampas oleh Negara, dikembalikan. Kemudian di tahun 380 gereja baru diakui sebagai gereja Negara oleh kaisar Theodosius.Selain dari penyiksaan, pembunuhan yang terjadi dalam kehidupan orang Kristen, ada juga persoalan di dalam kehidupan kekeristenan sendiri, yaitu mengenai Tentang Hakekat Yesus dalam hubungan dengan Allah yang terus menerus dipersoalkan sampai dengan abad ke lima. Persoalan tentang Hubungan Gereja dan Negara, persoalan Kepemimpinan Gereja, munculnya kelompok gnostik, mewarnai kehidupan gereja pada masa ini juga. Dari persekutuan-persekutuan yang ada di rumah-rumah, pengikut Kristus bertambah banyak, maka dengan sendirinya terjadi juga gedung-gedung ibadah dan organisasinya makin lebih baik. Selanjutnya muncul jabatan-jabatan baru dalam gereja seperti penilik jemaat, penatua dan diaken. Pada masa ini juga, Gereja-gereja di wilayah Timur memisahkan diri, dengan alasan tradisi yang dibawa, permasalahan hakekat Yesus Kristus, peranan negara di dalam keputusan konsili, dan kepemimpinan di rumah. Hal ini terjadi dengan sendiri, sehingga gereja-gereja orthodoks (Gereja Gerika-Katolik) akan dipimpin oleh sinode atau patriarch.
Terlepas dari persoalan-persoalan yang dihadapi oleh gereja baik itu yang berasal dari dalam dan luar gereja, ada satu pertanyaan menarik, kenapa orang – orang begitu tetarik pada ajaran rasul-rasul dan pengikut Kristus lainnya ? Kesaksian orang Kristen pada itu yang dikuasai Roh Kudus, mereka memberlakukan kasih Allah yang diajarkan oleh Tuhan Yesus, kepada orang lain. Persekutuan Kristen tidak membedakan orang berdasarkan status sosial yang ada. Dengan kekuatan kasih, gereja berhasil memberlakukan kesamaan derajat antara sesama manusia. Hal ini tidak bisa diberlakukan dalam kehidupan masyarakat pada waktu itu, dan gereja memberi jawab terhadap apa yang menjadi pergumulan mereka tentang jati dirinya sebagai seorang manusia.
Gereja memberlakukan kasih ketimbang mempercakapkan tentang hakikat Yesus, yang mungkin sulit diterima orang. Kasih orang Kristen memberi makna bagi kehidupan dan memberi arah kehidupan yang benar.
Gereja pada Abad Pertengahan sampai dengan Abad XV
Semakin besar pengaruh Injil Yesus Kristus untuk bangsa-bangsa di Eropa, maka terjadi juga perubahan pola kepemimpinan Gereja. Peran Uskup di kota Roma menjadi sangat penting dibandingkan uskup-uskup lain yang ada di Asia Kecil lainnya. Secara otomatis Uskup di kota Roma pemimpin Gereja Katolik. Gereja telah menjadi agama Negara, tentunya hal yang menggembirakan. Namun hubungan Gereja dan Negara yang baik, namun sering dirinya melupakan tugas dan panggilan yang sebenarnya, yaitu menyuarakan suara kenabiannya di masyarakat. Aturan-aturan gereja mengarah kepada soal organisasi, walaupun itu terkait dengan hidup kesalehan. Konsep – konsep teologia di dalam dan di luar gereja berkembang dengan pesat. Teologia sering kali bertemu dengan filsafat Yunani. Hakikat Yesus terus dikembangkan, masalah hubungan gereja dan negara, tentang manusia, dosa, perjamuan, serta pola kepemimpinan gereja di Roma terus menjadi persoalan tersendiri. Belum lagi ketika kekeristenan berjumpa dengan agama Islam yang muncul pada abad ke enam. Persoalan dengan kelompok-kelompok bidat yang berseberangan pemahaman dengan gereja mewarnai sejarah panjang pelayanan Gereja. Pada abad ke lima belas muncul Renaissance dan Humanisme sebagai masa pencerahan, yang mempengaruhi pola hidup dan pola berpikir orang–orang Kristen. Theologia Gereja juga akan berkembang dengan sendiri, yang mengarahkan diri kepada pemahaman–pemahaman baru akan muncul di dalam gereja, yang diyakini berdasarkan Alkitab. Peraturan-peraturan gereja semakin bertambah, dan memperkokoh tentang keberadaan diri gereja, sebagai alat keselamatan Allah di tengah-tengah dunia ini.

*      Abad Pertengahan/Sejarah/Awal/Kekaisaran Romawi Suci

Setelah meninggalnya Charlemagne, Kekaisaran Romawi Suci mula melemah, hingga pada 924 M, seabad kemudian, tidak ada yang secara resmi menjadi kaisarnya. Akhirnya pada 962 M, seorang raja Jerman bernama Otto digelari Kaisar Romawi Suci oleh Paus. Ayah Otto, Henry, adalah lord Jerman dari Saxony (Jerman utara), yang dipilih oleh para lord Jerman lainnya sebagai pemimpin. Henry mulai memimpin dalam posisi yang lemah, nyaris tak lebih kuat daripada para lord lainnya. Namun ia berhasil meningkatkan wibawa dan kekuasaannya secara signifikan dengan menghalau serbuan Magyar dari Timur, dan juga dengan menyerang Polandia. Otto (yang sering disebut Otto Agung) meneruskan perjuangan ayahnya dan bahkan mampu meningkatkannya. Otto menempatkan saudara dan putranya dalam jabatan tertentu sebagai pendukung, Otto juga memanfaatkan gereja untuk membantunya berkuasa. Meminta Paus menggelarinya sebagai Kaisar Romawi Suci merupakan salah satu upayanya. Namun upaya ini juga meliputi penguasaan kembali Italia, mengingat Italia dan Jerman pernah bersatu dalam Kekaisaran Romawi Suci, dan berusaha menciptakan kembali kekaisaran. Otto bahkan menikahi seorang bangsawan Italia bernama Adelaide.
Putra Otto juga dinamai Otto. Ia berkuasa setelah ayahnya meninggal pada 973 M. Untuk menunjukkan betapa kuatnya Kekaisaran Romawi Suci, Otto muda ini menikahi seorang putri Bizantium, Theophano. Ketika Otto II mati muda, putranya yang bernama Otto III baru berusia tiga tahun, seingga Theophani memerintah sebagai walinya. Otto III meninggal pada 1002 M, dan para bangsawan Jerman bersikeras untuk memilih raja berikutnya. Akan tetapi Henry II masih berasal dari keluarga Saxon yang sama. Penerusnya yang terpilih, Conrad II, juga merupakan kerabat Otto,. Mereka berdua, beserta putra Conrad, yaitu Henry III (1039-1056 M), tetap meneruskan kebijakan yang sama yaitu memerangi Polandia dan berupaya menguasai Italia, sambil tetap memanfaatkan gereja sebagai administratornya.
C.     SEJARAH GEREJA REFORMASI
1.      ARTI REFORMASI
Reformasi artinya perubahan secara drastis untuk perbaikan (bidang sosial, politik, atau agama) dl suatu masyarakat atau Negara. Reformasi berasal dari kata re artinya kembali dan form artinya bentuk. Reformasi diartikan sebagai sebuah gerakan yang bertujuan untuk kembali ke bentuk ajaran agama.
2.      REFORMASI GEREJA
Pengaruh masa Renaissance tidak hanya pada bidang kesenian, kebudayaan, politik maupun ilmu pengetahuan namun juga menyebabkan sikap kritis terhadap kehidupan gereja/agama. Pengaruh gerakan Renaissance berupa sikap kritis terhadap penyimpanganpenyimpangan yang dilakukan oleh pihak Gereja Katoliik pada waktu itu terutama adanya penjualan surat pengampunan dosa (disebut surat aflat). Surat pengampunan itu dijual kepada mereka yang tidak dapat ikut dalam perang salib antara abad 11-13. Perang salib adalah perang yang dilakukan oleh tentara/pasukan Eropa yang beragama Kristen dengan menggunakan tanda salib di bajunya untuk membebaskan kota Yerusalem dari kekusaan Turki Islam. Kebiasaan penjualan Surat pengampunan dosa kemudian dilakukan untuk mengumpulkan dana bagi pembangunan geraja dan seterusnya. Faktor lain dari munculnya Reformasi Gereja adalah keinginan untuk membebaskan diri dari kepemimpinan Paus terhadap kehidupan beragama di negara-negara Eropa. Hal ini tampak pada pertikaian antara raja Frederik II dari Prusia dengan Paus Innocencius pada abad 13, raja Phillip IV dari Prancis dengan Paus Bonifacus pada abad 14. Pada tahun 1517 Martin Luther mengemukakan pokok-pokok pikiran sebagai kritikan terhadap Gereja meliputi 95 dalil yang kemudian ditempel di pintu gereja Wittenberg Pendapatnya antara lain:
*      Amal baik yang tidak keluar dari hati yang murni tidak akan diterima Tuhan.
*      Hanya orang yang percaya kepada Yesus Kristuslah yang dapat diterimaTuhan.
*      Tiap orang dapat langsung berhubungan dengan Tuhan tanpa perantara Gereja
*      Tiap orang yang menyesali kesalahannya akan terlepas dari hukuman sehingga tidak diperlukan adanya surat pengampunan dosa
*      Gereja meerupakan perkumpulan orang percaya dan Yesuslah Kepalanya sehingga kedudukan Paus selaku pimpinan agama tidak dapat diterimanya.
*      Selain mengutamakan ajaran di atas, pada masa pembuangannya Martin Luther juga menterjemahkan Kitab Injil dari bahasa Latin ke bahasa Jerman sehingga banyak orang dapat memahami isi kitab suci
*      Reformasi Gereja juga berkembang ke negara-negera lain di Eropa misalnya tokoh Jean Calvin dari Prancis (1509-1564) yang ajarannya disebut Calvinisme banyak pengikutnya di Belanda, Inggris dan Scotlandia. Tokoh Ulrich Zwingli (1484-1531) dari Swiss serta munculnya Gereja Anglica di Inggris dipelopori oleh raja Henry VIII Tudor (1509-1547).

3.      MARTIN LUTHER, TOKOH REFORMASI GEREJA ABAD 16

Siapa Martin Luther? Luther lahir pada tanggal 10 November 1483 di Eisleben, Jerman; meninggal pada 18 Februari 1546. Ia biarawan Agustinian. 
St. Augustine (Agustinus) lahir di Hippo (sekarang Algeria) 13 November 354. Ia menjadi bishop pada tahun 396-430; seorang tokoh yang paling berpengaruh dalam gereja bahkan di kalangan Protestan setelah era Reformasi di mana Luther merupakan salah satu tokoh utamanya. Luther, terbit pada tahun 2003 atas kerjasama dengan gereja Katolik dan Protestan di Jerman. Sebuah film yang menceritakan tentang kehidupan Luther khususnya pada masa-masa kritis ketika dia harus berhadapan dengan Roma yang memaksanya harus menarik semua publikasinya dan harus mengaku bersalah dan menyesal. Luther dengan tegas menolak permintaan (pemaksaan) dari Roma ini karena baginya hal itu sama sekali tidak masuk akal. Luther adalah seorang yang brillian, berani dan berpendirian kokoh. Dia tidak mau berkompromi dengan Roma menyangkut hal-hal yang sangat prinsip baginya. Paus Leo pada waktu itu mempunyai ambisi untuk mendirikan Catedral of St. Peter Basilica yang memerlukan biaya sangat besar. Paus menugaskan Johann Tetzel untuk mengumpulkan uang dengan cara menjual indulgences. Dalam pengertian sederhana sebagaimana kita bisa saksikan di dalam Luther, seseorang bisa membeli keselamatan agar bisa bebas dari purgatory (api penyucian bagi jiwa-jiwa yang belum layak masuk surga). Luther kemudian mempunyai pendirian yang tegas bahwa manusia tidak bisa membeli keselamatannya; hanya karena kasih Tuhanlah maka manusia bisa selamat.
Sola Fide, Sola Gratia dan Sola Scriptura menjadi salah satu ciri khas teologi Lutheran. Sola Fide (Iman), Sola Gratia (Kasih) dan Sola Scriptura (Injil atau Alkitab). Luther membawa pembaharuan besar di Jerman pada masa itu. Dalam persembunyian dia menerjemahkan Kitab Suci Perjanjian Baru ke dalam bahasa Jerman. Ini sangat penting sebagai sebuah pintu bagi perubahan dan kemerdekaan berpikir. Selama 1500-an tahun, yang berhak membaca Kitab Suci hanya segelintir orang dan yang berhak menafsirkannya hanya para petinggi gereja seperti Paus di Roma. Penerjemahan Kitab Suci ke dalam bahasa Jerman juga membawa pembaharuan tidak hanya dalam kehidupan beragama tetapi juga dalam bidang non-agamis seperti seni dan budaya. Luther beruntung berada di bawah lindungan Frederick III yang menculik dan menyembunyikannya di sebuah kastel di Wartburg dari rencana pembunuhan sekembali dari Worm pada tahun 1521 di mana Luther dengan tegas menolak pemaksaan dari Roma untuk mencabut seluruh buku-buku yang telah dia tulis dan mengaku bersalah. Pendirian yang kuat ini menimbulkan kegemparan bagi gereja saat itu tetapi tidak bagi Jerman dan penduduknya yang membela dan mengelu-elukan Luther sebagai pahlawan. Di Kastel Wartburg, Luther menerjemahkan Perjanjian Baru ke dalam bahasa Jerman yang dia dedikasikan kepada Frederick III. Luther menikah dengan Katharina von Bora, seorang mantan biarawati. Paus Leo meninggal pada saat Luther masih hidup. Di gereja-gereja Lutheran dan Protestan pada umumnya, pendeta pada umumnya menikah; tradisi ini berasal dari era reformasi sejak Luther. Dalam perjalanan selanjutnya, sayang nian, para pendeta di gereja-gereja Protestan hampir-hampir tak ada yang sebrillian Luther dalam hal pengetahuan dan rasa humor. Latar belakang pendidikan Luther sebelum masuk biasa Agustinian adalah hukum. Ia menulis dan menerbitkan banyak buku.
Orang-orang Protestan, para teolognya juga lemah dalam filsafat, berbeda dengan teolog-teolog Katolik yang mengharuskan pada pastor belajar filsafat dalam bahasa Latin sebelum belajar teologia. Orang-orang Protestan langsung belajar teologia dan sedikit belajar filsafat, sebagian besar hanya belajar filsafat a ala kadarnya. Maka tak heran, di kalangan Protestan ada banyak aliran, selalu bertambah. Kalau tidak suka bergabung dengan satu aliran tertentu, bisa bikin aliran baru. Kecenderungan ini yang masih terus berlangsung sampai sekarang potensial menimbulkan persoalan termasuk di Indonesia. Pada pendeta dan pemimpin gereja sekarang ini pada umumnya bisa bersikap seperti para Saduki dan Farisi di zaman Yesus. Yesus menyebut mereka ini, Farisi dan Saduki sebagai kumpulan keturunan para ular-beludak, artinya orang-orang munafik yang haus kekuasaan dan harga diri. Mereka ini juga yang ngotot memaksa Pontius Pilatus agar menyalibkan Yesus sebab menurut para keturunan ular beludak itu, Yesus telah menghina Allah. “Bless me Father!” mohon seorang biawaran berlutut kepada Luther ketika dia hendak menaiki tangga ke pengadilan di Worm pada tahun 1521. “I am not a saint!” sergah Luther sambil menarik orang itu berdiri. Dalam sejarahnya, gereja-gereja Protestan termasuk Lutheran justru kehilangan semangat Luther yang egaliter dan demokratis. Para pemimpin gereja mencari kenyamanan dan popularitas dalam kedudukan mereka yang fana itu. Kalau Luther masih hidup, saya kira dia akan marah terhadap para pencari kekuasaan dan kenyamanan itu. Para pendeta merasa diri mereka berbeda dan lebih suci walau dalam prakteknya, who knows really? Mereka tidak jauh berbeda dengan kaum Saduki dan Farisi di zaman Yesus.
4.      GERAKAN REFORMASI BELANDA
Sejarah
Gereja Reformasi Belanda adalah Gereja Reformasi tertua di Belanda dan sebelum bubarnya Republik Belanda Gereja ini menikmati status sebagai gereja 'publik' atau gereja dengan hak-hak istimewa. Berbeda dengan keyakinan banyak orang, Gereja ini tidak pernah mempunyai status sebagai 'agama negara', meskipun undang-undang mewajibkan bahwa setiap orang yang memegang jabatan publik harus menjadi anggota komunikan dari Gereja Reformasi Belanda. Hubungan antara pemerintah dengan Gereja ini cukup akrab. Gereja Reformasi Belanda menggantikan jemaat-jemaat yang bermunculan pada masa Reformasi. Dalam masa pergolakan keagamaan ini, kebanyakan pemimpin gereja-gereja Reformasi Belanda meninggalkan negaranya. Sinode pertama yang dihadiri oleh 23 pimpinan Reformasi Belanda diadakan di Emden, sebuah kota di Jerman [ada Oktober 1571. Sinode Emden pada umumnya dianggap sebagai titik tolak denominasi ini. Sinode pertama yang diadakan di negeri Belanda sendiri berlangsung di Dordrecht pada 1578. Pertemuan sinode ini tidak boleh dikacaukan dengan ‘Sinode Dordrecht Kedua’ yang lebih terkenal, yang hasilnay antara lain adalah mengusir kaum Arminian dari Gereja ini dan menambahkan Kanon Dordrecht ke dalam Pengakuan Imannya. (Pernyataan-pernyataan doktriner sebelumnya adalah Pengakuan Iman Belgia dan Katekismus Heidelberg). Ketiga dokumen pengakuan iman ini disebut Drie formulieren van Enigheid (Tiga Rumusan Keesaan) tetapi yang terjadi malah lebih banyak perpecahan dan konflik di dalam gereja yang ditimbulkan oleh ketidaksepakatan mengenai substansi dan penafsiran tentang standar-standar doktrin ini.
Pemerintah Republik Belanda, yang memulai pengusiran kaum Arminia dan belakangan menganianya melarang Sinode Reformasi ini berhimpun, dan Sinode tidak diselenggarakan lagi di Belanda hingga bubarnya Republik Belanda ini.

Reformasi selanjutnya

Akhir abad ke-17 dan awal abad ke-18 dikenal sebagai masa nadere reformatie ('reformasi lebih lanjut') Belanda, yakni sebuah gerakan pietis. Tokoh utama dari gerakan Nadere Reformatie ini adalah Wilhelmus à Brakel dan Gisbertus Voetius. Para pengarang pietis yang kurang dikenal adalah Bernardus Smytegelt dan Jodocus van Lodensteyn. Karya para pengarang ini masih dibaca di kalangan Calvinis ultra-ortodoks di Bijbelgordel (Lingkaran Alkitab Belanda) .

Gereja Peraturan

Ketika Kerajaan Belanda terbentuk pada 1815 organisasi Gereja Reformasi Belanda menjadi lebih tersentralisasi daripada yang sudah-sudah. Organisasi Gereja yang historis tersingkir oleh 'Peraturan' yang dipaksakan oleh pemerintahan yang baru dan Gereja diletakkan di bawah control kerajaan dengan Sinodenya diangkat secara pribadi oleh Raja hingga 1852. Baru pada 1853terjadi pemisahan sepenuhnya antara Gereja dan Negara.

Abad ke-21[sunting | sunting sumber]

Gereja Reformasi Belanda tetap merupakan gereja terbesar di Belanda hingga pertengahan abad ke-20 ketika Gereja ini dilampaui oleh Gereja Katolik Roma. Sekularisasi Belanda yang cepat pada tahun 1960-an memukul Gereja Protestan arus utama ini dengan sangat hebat. Dari 1960-an dan seterusnya berbagai upaya dilakukan untuk mengadakan penyatuan kembali denganGereja-gereja Reformasi di Belanda yang akhirnya tercapai pada 2004.
Gereja Protestan di Belanda
Gereja Reformasi Belanda mempunyai 2 juta anggota yang terorganisir dalam 1350 jemaat ketika Gereja ini menyatu dengan Gereja-gereja Reformasi di Belanda (Gereformeerde Kerken in Nederland, GKN) dan Gereja Lutheran Injili di Kerajaan Belanda (Evangelisch-Lutherse Kerk in het Koninkrijk der Nederlanden) pada 2004 untuk membentuk Gereja Protestan di Belanda(Protestantse Kerk in Nederland, PKN).
Kontroversi
Seperti umumnya dengan gereja 'luas', Gereja Reformasi Belanda selalu mengalami kesulitan dalam mengakomodasi perbedaan-perbedaan teologis. Gereja ini telah mengalami banyak skisma (perpecahan) dalam sejarahnya. Skisma pertama pada 1618 menyebabkan lahirnya Gereja Remonstrant. Skisma-skisma penting lainnya termasuk Afscheiding (Pemisahan) pada 1834 danDoleantie (Duka cita) yang dipimpin oleh Abraham Kuyper pada 1886 dan, tidak begitu mengherankan, penyatuan pada 2004 pun telah menghasilkan skisma yang baru.
Sejumlah jemaat dan anggota dari Gereja Reformasi Belanda yang lama memisahkan diri untuk membentuk Hersteld Hervormde Kerk ('Gereja Reformasi Pemulihan'). Diperkirakan anggota mereka berjumlah antara 35.000 hingga 70.000 yang tersebar di sekitar 120 jemaat setempat, yang dilayani oleh 88 pendeta. Mereka berselisih pendapat mengenai konstitusi plural dari gereja yang dipersatukan yang mereka tuduh sebagian bertentangan dengan pengakuan-pengakuan iman Reformasi dan Lutheran. Kelompok ini juga menentang pemberkatan pasangan sejenis di gereja Kristen atau penahbisan perempuan.
Afrika Selatan
Gereja Reformasi Belanda melahirkan sejumlah denominasi reformasi di Afrika Selatan, termasuk Nederduits Gereformeerde Kerk, Nederduitsch Hervormde Kerk, Gereformeerde Kerk, Afrikaanse Protestantse Kerk dan Uniting Reformed Church in Southern Africa. David Bosch, seorang dosen dalam teologi pembebasan dan misiologi serta pengarang Transforming Mission: Paradigm Shifts in Theology of Mission (bahasa Indonesia: “Transformasi Misi”, terbitan BPK Gunung Mulia) adalah anggota dari Gereja Reformasi di Afrika Selatan.
Dirk Van der Hoff adalah seorang pendiri penting dari Gereja Reformasi Belanda di Afrika Selatan.

Amerika

Gereja Reformasi Belanda melebarkan sayapnya ke benua Amerika pada awal tahun 1600-an ketika Belanda mulai membuka koloninya di sana. Gereja Reformasi Belanda di Amerika adalah keturunan yang paling langsung di antara banyak Gereja-gereja Reformasi keturunan Belanda di Amerika Serikat. Di Kanada, denominasi Reformasi terbesar dari masyarakat keturunan Belanda adalah Gereja Reformasi Kristen di Amerika Utara.
Indonesia
Penyebaran agama Kristen di Indonesia yang terjadi pada masa penjajahan Belanda pada umumnya dilakukan oleh para zendeling yang berlatar belakang Gereja Reformasi Belanda sehingga tidak mengherankan bila kebanyakan gereja Protestan di Indonesia berasaskan sama dengan Gereja ini. Gereja-gereja tersebut antara lain adalah:
·         Gereja Batak Karo Protestan (GBKP)
·         Gereja Protestan di Sulawesi Tenggara (Gepsultra)
·         Gereja Kristen Indonesia (GKI)
·         Gereja Kristen Injili di Papua Barat (GKI-PB)
·         Gereja-gereja Kristen Jawa (GKJ)
·         Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW)
·         Gereja Kristen Luwuk Banggai (GKLB)
·         Gereja Kristen Pasundan (GKP)
·         Gereja Kristen Sumba (GKS)
·         Gereja Kristen di Sumatera Bagian Selatan (GKSBS)
·         Gereja Kristen Sulawesi Tengah (GKST)
·         Gereja Masehi Injili di Bolaang Mongondow (GMIBM)
·         Gereja Masehi Injili di Halmahera (GMIH)
·         Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM)
·         Gereja Masehi Injili di Sangir-Talaud (GMIST)
·         Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT)
·         Gereja Protestan Indonesia bagian Barat (GPIB)
·         Gereja Protestan Indonesia di Donggala (GPID)
·         Gereja Protestan Indonesia di Gorontalo (GPIG)
·         Gereja Protestan Maluku (GPM)
·         Gereja Toraja (GT)
·         Gereja Toraja Mamasa (GTM)
Hingga kini kebanyakan Gereja-gereja tersebut di atas masih menjalin hubungan kerja sama yang erat dengan Gereja Reformasi Belanda meskipun kini telah menjelma menjadi Gereja Protestan di Belanda.
5.      FAKTOR- FAKTOR PENYEBAB REFORMASI
Dua penyebab yang berkontribusi besar bagi suksesnya “Reformasi” adalah penurunan moral orang-orang pada masa itu dan penyebaran ajaran sesat dari Wycliffe dan Huss. Kekayaan yang besar dari biara-biara pada masa itu dengan jelas membawa sikap-sikap indisipliner di antara para anggotanya, sementara penerimaan universal Katolisitas telah mematikan semangat untuk memeliharanya (Katolisitas dianggap sebagai sesuatu hal yang biasa). Penemuan mesin cetak pada masa Luther memberikan kemungkinan untuk penyebaran ajaran sesat dengan sangat cepat. Perlu ditambahkan bahwa perseteruan panjang pada masa itu antara Gereja dan penguasa-penguasa Sekuler juga melemahkan otoritas Gereja.

Pada tahun 1356, John Wycliffe, seorang anggota Universitas Oxford, Inggris, mulai berkhotbah melawan Ordo-ordo Para Pengemis / Medicant. Empat tahun setelahnya (1360), dia menyerang seluruh ordo-ordo gerejawi. Dia mengajarkan bahwa Paus bukan kepala Gereja, bahwa Uskup tidak lebih superior dari Imam-imamnya, bahwa Imam-imam dan Hakim-hakim Sipil kehilangan otoritasnya ketika mereka jatuh dalam dosa berat / mortal sin. Dan semua serangannya ini diakhiri dengan penolakannya terhadap Kehadiran Nyata Tuhan Yesus Kristus dalam rupa Roti dan Anggur yang sudah dikonsekrasi dalam Perayaan Ekaristi.

Doktrin-doktrin sesat ini dengan mudah menemukan para pengikutnya, yaitu kaum Lollards. Mereka menyebabkan gangguan umum besar, menyatakan bahwa mereka memiliki hak untuk berkhotbah di mana pun dan kapan pun mereka suka. Pada tahun 1380, Wycliffe menerjemahkan Kitab Suci ke dalam Bahasa Inggris dan empat tahun setelah ia meninggal (1384), ia dihukum dan ditolak oleh Paus Roma dan beberapa konsili gerejawi di Inggris. Doktrin-doktrinnya kemudian dikutuk dalam Konsili Constance (1415), begitu juga dengan doktrin-doktrin kreasi John Huss yang mulai berkhotbah menyebarkan ajarannya di Bohemia (bagian dari Rep. Ceska sekarang, asalnya pemain bola terkenal seperti Pavel Nedved, Petr Cech dan Jan Koller). Pada tahun 1402, Jerome dari Praha kembali dari Oxford, di mana dia telah belajar di sana dan mulai berkhotbah dan menyebarkan doktrin-doktrin John Wycliffe. Dia kemudian digantikan oleh John Huss pada tempat yang sama. John Huss ini tidak hanya mengajarkan doktrin-doktrin sesat Wycliffe tetapi lebih jauh dari itu ia juga menolak otoritas Paus, menyerang kaum tertahbis, doktrin-doktrin Gereja mengenai Indulgensi (penghapusan siksa sementara, tidak sama dengan pengampunan dosa), Santa Perawan Maria, Para Kudus dan Komuni dalam satu rupa.
Doktrinnya dengan cepat menyebar di seluruh Bohemia. Pada tahun 1414, Konsili Constance diselenggarakan di mana sebelum ia muncul di sana, ia telah lebih dahulu dihukum dan dibakar di tiang pada tahun 1415 oleh penguasa sekuler. Tahun berikutnya, para pengikut John Huss berkembang menjadi pasukan yang besar dan mengambil alih Bohemia dan akhirnya tidak bisa diatasi sampai tahun 1436; tetapi pada masa ini, doktrin-doktrinnya telah menyebar luas. Benih telah ditaburkan dan pada tahun 1517 muncul buahnya dalam heresi (ajaran sesat) oleh Martin Luther dimana Luther mulai berkhotbah menolak Indulgensi dan mempertahankan heresi / ajaran sesat yag diajarkan oleh Wycliffe dan Huss. Tidak dapat ditolak bahwa penurunan moral orang pada masa itu termasuk kaum tertahbis dan biarawan berkontribusi besar pada penyebaran ajaran sesat ini. Sementara itu kekayaan Gereja digunakan sebagai dalih munafik untuk menyerang kaum klerus (tertahbis). Di samping itu, doktrin-doktrin Wycliffe dan Huss mendorong secara langsung pemberontakan melawan otoritas yang ada. Hal yang sama dalam derajat yang lebih buruk terjadi di bawah pimpinan Luther. Doktrin-doktrin Luther tidak hanya mendorong pemberontakan melawan otoritas tetapi juga menjadi sebuah bentuk keangkuhan dan kesombongan intelektual terburuk.

Luther
Pada tanggal 10 November 1483, Martin Luther, yang pertama dan pemimpin dari Para Reformer Protestan, lahir di Eisleben, daerah Saxony. Pada tahun 1505 ia menjadi biarawan Ordo St. Agustinus, dan segera setelah itu ia ditunjuk sebagai professor di Universitas Wittenberg.

Pada tahun 1517, Paus Leo X menerbitkan Jubilee dan mengarahkan supaya sedekah yang diberikan hendaknya dikirim ke Roma untuk membantu menyelesaikan Basilika St. Petrus yang sedang dibangun. John Tetzel, Superior Ordo Dominikan, ditunjuk untuk menyampaikan Jubilee ini di seluruh Jerman. Tindakan ini sungguh tidak menyenangkan Luther karena ia merasa Ordo Agustinian tidak diundang untuk terlibat dalam pewartaan soal Jubilee ini. Pertama-tama, Luther hanya menyerang Ordo Dominikan, tetapi dalam waktu singkat ia juga menyerang surat Indulgensi itu sendiri dengan menerbitkan deklarasi terkenalnya pada tanggal 31 Oktober 1517 yang menjadi benih-benih Reformasi Protestan. Pada tahun 1520, doktrin-doktrinnya ditolak oleh Paus dan Luther diekskomunikasi. Pada tahun 1522, Luther menerjemahkan Kitab Suci ke dalam Bahasa Jerman dan dengan ini memproklamasikan Doktrin “Kitab Suci yang terbuka dan Interpretasi yang bebas” sebagai suatu prinsip fundamental. Dia juga menolak supremasi Paus, otoritas Gereja, Selibat, daya guna Sakramen-sakramen, Api Penyucian / Purgatorium, dan pengajaran Gereja mengenai Justifikasi dan Dosa Asal. Luther melarang para pengikutnya untuk menghormati Santo-santa atau untuk menaati perintah-perintah Gereja, menolak semua sakramen kecuali Pembabtisan dan Perjamuan Tuhan. Dia juga mengajarkan bahwa iman tanpaperbuatan baik akan menyelamatkan, bertentangan dengan pengajaran Katolik yang mengajarkan bahwa manusia diselamatkan oleh iman dengan perbuatan baik. Luther dengan doktrinnya “Open Bible and Free Interpretation” meluruskan jalan untuk berkembangbiaknya sekte-sekte dan berbagai macam opini dalam Protestantisme yang terpecah-pecah. Pada tahun 1525, Luther menikahi Catherine de Bora, seorang biarawati yang dia bujuk untuk meninggalkan biara. Pada tahun 1546, Luther meninggal dengan Protestantisme yang terkoyak-koyak menjadi bagian-bagian kecil oleh persaingan antar sekte.  Doktrin Luther menyebar dengan cepat di seluruh Saxony, Jerman Utara, dan Prussia. Dari situ, doktrin tersebut masuk ke Denmark, Swedia dan Norwegia, didorong oleh para pangeran dan para raja dan di manapun disertai dengan pertumpahan darah dan kekacauan. Calvinisme diadopsi di bagian Prancis dan Swiss dan di bawah pengajaran Knox menjadi agama utama di Skotlandia.

Pada tahun 1545 Konsili Trente diadakan. Setelah pemeriksaan hati-hati selama 17 tahun, Konsili Trente menghukum ajaran sesat Luther dan Calvin, dan pada saat yang sama menegaskan kembali ajaran-ajaran yang benar mengenai Sakramen-sakramen, Rahmat, Dosa Asal, Justifikasi/Pembenaran, dan Kehendak Bebas / Free Will. Kanon Kitab Suci ditegaskan kembali [melawan kanon Luther dkk] dan banyak hukum-hukum bijak diterbitkan. Selama lebih dari 300 tahun, tidak ada konsili baru diadakan sampai pada tahun 1869 ketika Konsili Vatikan I diadakan. Tetapi, pada tahun 1870 Konsili Vatikan I ini ditangguhkan oleh karena penjarahan terhadap Roma oleh Viktor Emmanuel, Raja Italia.


Calvin dan Knox
John Calvin lahir pada tahun 1509 di Noyon (Prancis) dan meninggal di Geneva pada tahun 1564. Pada awalnya, ia belajar untuk menjadi Imam dan masuk Ordo Hina Dina Fransiskan, tetapi setelah itu ia belajar ilmu hukum. Pada tahun 1532, ia mengadopsi doktrin-doktrin Luther dan pada tahun 1535 ia menerbitkan doktrin-doktrinnya yang mengajarkan bahwa semua manusia telah ditakdirkan oleh kehendak bebas Allah untuk masuk ke surga atau masuk ke neraka: sehingga dengan demikian ia menolak peran serta kehendak bebas manusia dan membuat Allah sebagai kreator dosa. Pada tahun 1536, ia pergi ke Geneva. Dari sana, setelah dua tahun kemudian, ia ditolak karena tindak kekerasan dan berapi-api dari dirinya. Pada tahun 1541 dia kembali dan sejak masa itu hingga kematiannya, ia memerintah Geneva dengan tangan besi. Pada tahun 1553 ia membakar Michael Servetus karena Michael Servetus mengajarkan Doktrin-doktrin untuk menolak Trinitas kepada Calvin. Servetus sendiri memang menjadi seorang Unitarian (Anti-Trinitarian). Dengan demikian, Calvin menolak orang lain memiliki kebebasan yang diklaim untuk dirinya sendiri. Calvin melarang segala agama-agama luar, melarang perayaan-perayaan religius, melakukan penolakan terhadap Misa, menolak kehadiran nyata Yesus Kristus dalam Ekaristi, menolak perantaraan doa Para Santo-santa, Supremasi Paus, dan karakter sakramental dari Para Uskup dan Para Imam. Calvin adalah seorang dengan karakter yang kuat, sangat keras, dan begitu mendalam, memiliki kehendak yang pasti.  Dia oleh banyak orang dianggap sebagai jiwa dan pelopor sesungguhnya dari “Reformasi” dan dimanapun doktrinnya diterima dengan baik, efek yang dihasilkan begitu mendalam dan bertahan sangat lama bahkan sampai sekarang.

John Knox
Pelopor “Reformasi” di Skotlandia, lahir pada tahun 1505; ditahbiskan menjadi Imam tetapi pada tahun 1547 ia mulai berkhotbah menyerang Paus dan Misa Kudus. Dia adalah seorang pria dengan temperamen kasar dan kejam dalam cara. Pada tahun 1554, dia mengadopsi doktrin-doktrin Calvin dan sukses membuatnya diterima secara umum di Skotlandia sehingga Katolisitas hampir seluruhnya ditolak oleh orang-orang Skotlandia. Knox meninggal pada tahun 1572, dipuja-puja oleh orang-orang Skotlandia, tetapi dikenal dalam sejarah sebagai Ruffian of the Reformation(Bajingan Reformasi).

Reformasi Protestan di Inggris
Pada awal mula, Henry VIII, Raja Inggris, begitu keras melawan doktrin-doktrin Luther. Ia menulis sebuah buku melawan Luther dan karena ini ia disebut oleh Paus sebagai Defender of the Faith / Pembela Iman. Titel ini masih dipertahankan oleh Para Raja dan Ratu Inggris di kemudian hari.

Pada tahun 1509, Henry menikahi Catherine dari Aragon, tetapi 24 tahun kemudian ia memiliki hubungan yang tidak sah dengan Anne Boleyn, pelayan ratu. Karena Paus menolak untuk menceraikan dia dari istrinya yang sah, Catherine, ia mengangkat dirinya sendiri sebagai kepala Gereja di Inggris dan memaksa parlemen untuk menceraikan dia dari istrinya yang sah (1533). Kemudian, ia menikahi Anne Boleyn di hadapan publik di mana beberapa bulan sebelumnya ia telah menikahi Anne Boleyn secara diam-diam. Tiga tahun kemudian (1536), Henry memenggal Anne Boleyn dan hari berikutnya ia menikahi Jane Seymour yang pada tahun berikutnya meninggal ketika Henry menikah lagi. Dalam enam bulan, pernikahan ini dianulir juga dan kemudian ia menikahi Catharine Howard yang pada tahun berikutnya dipenggal ketika Henry menikah lagi. Dia sedang bersiap untuk menceraikan istri keenamnya ketika ia sendiri meninggal, ditolak dan dihina oleh semua orang. Seperti inilah orang yang memulai “Reformasi” di Inggris. Setelah kematian Henry VIII, “Reformasi” dilanjutkan oleh Edward VI (1547-1553) dan Elizabeth I (1558-1603) yang dalam masa pemerintahannya  Katolisitas hampir dihancurkan secara keseluruhan dan Protestantisme begitu teguh berdiri sehingga selama 50 tahun hanya ada sedikit umat Katolik di Inggris. Kemudian, bagaimanapun juga, Gereja Katolik mulai kembali tumbuh di Inggris dengan ditandai adanya seorang Kardinal dan beberapa Uskup di samping Para Imam dan Para Biarawan/ti.

Ketika Henry VIII memisahkan diri dari Gereja Katolik, ia mulai melakukan penganiayaan terkejam, menjarah biara-biara, mengusir kaum biarawan, dan membagi-bagi tanah mereka di antara para pendukungnya. Penjara, denda, penyitaan, penganiayaan, kematian adalah hukuman yang diberikan kepada mereka yang menolak mengakuinya sebagai Kepala Gereja. Henry memenggal St. John Fisher (Uskup dari Rochester) dan St. Thomas More (Kanselir Inggris), dua dari orang-orang terkenal di Inggris karena mereka tidak menyetujui perceraiannya atau mengakui supremasinya sebagai pemimpin spiritual Inggris. Meneruskan Skisma oleh Henry, Raja Edward VI dan Ratu Elizabeth I menambahkan ajaran sesat: memberangus Misa, menghancurkan gambar-gambar, perampasan dan profanisasi gereja-gereja, mengubah dogma dan perayaan-perayaan. Seluruh bangsa Inggris menerima hal ini sebagai syarat dari para penguasa mereka. Dari sejak kematian Elizabeth I (1603) hingga sekarang, “Gereja Anglikan” seperti yang kita sebut sekarang telah menjadi budak negara di mana Raja dan Ratu Inggris menjadi kepalanya.
Untuk mengkonversi / membuat orang berpindah agama, Protestantisme melakukan pemaksaan dan kekerasan. Di Inggris dan Skotlandia, orang-orang dipaksa membayar pajak, dimasukkan ke penjara atau dihukum mati. Di Jerman, Prusia, Swedia, Denmark dan Norwegia juga terjadi hal yang sama. Di Amerika, kelompok Puritan bertindak dengan cara demikian juga. Protestantisme dimulai dengan “an open bible and free interpretation” telah berujung dengan muncul banyak perpecahan dan ketidakpercayaan. Dengan berdasarkan prinsip tersebut, setiap orang menjadi hakim atas apa yang ia percayai atau yang ia tidak percayai. Dengan demikian, di antara Para Protestan hampir ada jumlah agama sebanyak jumlah individunya; gereja-gereja mereka terpecah dan terkoyak hingga menjadi ukuran kecil, berakhir pada ketidakberimanan dan Mormonisme. Di sisi lain, Katolisitas tetaplah sama karena Katolisitas adalah kebenaran dan kebenaran tidak berubah.









8 komentar:

  1. Seharusnya Tuti mencantumkan sumber, karena postingan ini lebih banyak diposting secara utuh dari Bahan Ajar Dr. Yonas Muanley, M.Th. Jadi mohon diperbaiki dan cantumkan nama saya sebagai pemilik bahan ajar SGU I

    BalasHapus
  2. BLH MINTA SUMBER-SUMBER BUKUNYA .. BLZ

    BalasHapus
  3. Tidak ada GKI-PB, yang ada Gereja Kristen Injili di Tanah Papua GKI. Mohon dirubah,

    BalasHapus
  4. Play Slots Online at LuckyClub.live
    Play our range of slots online at Lucky Club - the best casino for slots fans around the globe. The choice is yours at any time and luckyclub you can play all your favourite

    BalasHapus
  5. Wynn Las Vegas to open 'Casino Night' in August
    Wynn Las Vegas will 여수 출장마사지 operate the 'Casino Night' service at Wynn Las Vegas and 진주 출장마사지 the Wynn Tower 성남 출장마사지 Suites at 경기도 출장안마 Wynn Las Vegas. The company expects to 문경 출장안마 have a

    BalasHapus